TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan perbedaan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei atas perolehan suara pemilihan presiden semestinya tidak terjadi jika lembaga-lembaga survei bertumpu pada kaidah dan metodologi ilmiah dalam bekerja.
Din menduga perbedaan ini dilatarbelakangi kesalahan sejumlah lembaga survei dalam melakukan hitung cepat perolehan suara. "Pasti ada lembaga-lembaga yang salah," kata Din di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis, 10 Juli 2014. (Baca: Integritas 4 Lembaga Survei Pro-Prabowo Diragukan)
Karena itu, dia berharap semua pihak menunggu hasil audit yang dilakukan Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) terhadap sejumlah lembaga survei. "Nanti akan ketahuan siapa yang melakukan manipulasi dan siapa yang secara metodologi tidak kuat," ujar Din. (Baca: Bawaslu Bersikap Hasil Survei Tidak Final)
Menurut Din, hasil audit Persepi perlu diumumkan ke publik lantaran hitung cepat sejumlah lembaga survei telah menimbulkan potensi masalah di masyarakat yang dilatarbelakangi klaim kemenangan oleh dua pasangan calon presiden dan wakil presiden. "Padahal, kan, seharusnya yang menang hanya satu." (Baca: Beda Hitungan, Lembaga Survei Diminta Buka-bukaan)
Selain itu, Din berharap semua pihak menunggu hasil hitungan suara resmi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum. Namun, dia menambahkan, di negara-negara lain, hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei sebenarnya bisa dijadikan acuan untuk menentukan pemenang pemilihan presiden. "Walaupun itu bukan atau tidak resmi," ujarnya.
Adapun pemilihan presiden kali ini memunculkan sejumlah masalah. Penyebabnya, dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sama-sama mengklaim memenangi pemilihan berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei.
PRIHANDOKO
Terpopuler:
Jokowi Menang, Indeks Bisa Tembus 5.200
Hidayat: Investor Cemas Hasil Pemilu Beda Tipis
Saat Pensiun, Djoko Kirmanto Akan Ternak Lele