TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memutuskan untuk menghentikan importasi gula kristal putih hingga akhir tahun 2014. Musababnya, pemerintah sedang berupaya menstabilkan harga gula karena stok di dalam negeri masih melimpah.
"Sementara ini, menurut pengkajian kami, di Kementerian Perdagangan, semua impor akan distop untuk menstabilkan harga," kata Lutfi saat ditemui di kantornya, Jumat, 11 Juli 2014.
Menurut Lutfi, masalah tata niaga gula ini memang harus diluruskan. Caranya, dengan bersama-sama memperbaiki neraca suplai dan permintaan gula dalam negeri. "Semua pemangku mesti arif, bijaksana, transparan, dan adil." (Baca: Anggaran Dipangkas, Swasembada Gula Tertunda)
Ia menyadari sejumlah petani telah mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha dan Niaga (PTUN) terkait dengan izin impor gula kristal putih bagi Bulog. Termasuk gugatan ke Mahkamah Konstitusi soal penetapan harga patokan petani (HPP) untuk gula kristal putih yang dianggap merugikan petani. (Baca: Ini Janji Kalla kepada Petani Tebu di Jember)
Namun, menurut Lutfi, meskipun Pengadilan mengabulkan gugatan tersebut, tetap tidak menyelesaikan masalah. "Kalau petani berpikir harga akan naik, kalau HPP direvisi, itu tidak terjadi karena harga sekarang memang turun terus," ujarnya.
Saat ini harga lelang gula petani mencapai RP 8.500 per kilogram. Sedangkan HPP gula kristal putih yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 8.250 per kilogram. Artinya, petani sebenarnya masih bisa mengambil keuntungan. (Baca: Bulog: Stok untuk Ramadan dan Lebaran Sudah Siap)
Petani tebu asal Kabupaten Kudus dan Pati, Jawa Tengah, mengajukan gugatan kepada Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi di Pengadilan Tata Usaha dan Niaga. Gugatan ini menyusul persetujuan Kementerian Perdagangan atas impor gula kristal putih (GKP) oleh Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). "Kami meyakini persetujuan tersebut yang menjadi penyebab terpuruknya nasib petani tebu tahun ini," kata Koordinator Petani Tebu, M. Nur Khabsyin, dalam surat elektronik kepada Tempo, Rabu, 9 Juli 2014.
Menurut Nur, kondisi pasokan gula terlalu berlebihan akibat kebijakan importasi GKP tersebut. Padahal saat ini petani sedang memasuki musim giling 2014. "Dampaknya, harga gula turun, petani merugi dan terancam enggan menanam tebu lagi," katanya.
AYU PRIMA SANDI
TERPOPULER
Pro-Prabowo, Saham MNC dan Viva Group Rontok
Dukungan Habib Lutfi Tak Dongkrak Suara Prabowo
Serangan Israel ke Palestina, Dunia Terbelah