TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikoen, menjamin permintaan gula akan terpenuhi meski importasi gula kristal putih dihentikan hingga akhir tahun 2014. "Permintaan petani berdasarkan diskusi dengan pemerintah sudah dikabulkan. Kami pastikan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap stok gula," kata dia, saat dihubungi Tempo, Jumat, 11 Juli 2014.
Soemitro memastikan harga gula di pasaran tidak akan naik setelah impor gula dihentikan sementara hingga akhir tahun 2014. "Hingga akhir Ramadan, harga gula justru turun dari 8.600 per kilogram menjadi Rp 8.300 per kilogram," ujar Soemitro.
Pada 2012, pemerintah mengimpor 2,8 juta kilogram gula rafinasi sementara kebutuhannya hanya 2,1 juta kilogram. Adapun pada 2013, ujar Soemitro, pemerintah mengimpor 3,2 juta kilogram gula jenis yang sama, sementara kebutuhannya hanya 2,2 juta kilogram. "Jadi, tahun ini, kita kelebihan 1,7 juta kilogram gula," kata dia.
Saat menggelar pertemuan bersama pemerintah, petani tidak meminta penghentian impor gula. Petani, kata Soemitro, hanya meminta moraturium agar hasil gula dalam negeri bisa terjual dengan harga yang layak. "Hasil gula dalam negeri tidak ada yang mau tender," katanya.
Selain menyeimbangkan stok gula dalam negeri, upaya pemerintah menghentikan impor ditujukkan agar petani lokal leluasa memasarkan hasil taninya tanpa perlu memikirkan persaingan. Sebab, produsen gula di Indonesia dinilai tidak mampu bersaing dengan produsen luar. Produk gula luar negeri menggunakan teknologi yang baik sehingga memiliki biaya produksi yang murah dengan pabrik yang efisien.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memutuskan untuk menghentikan importasi gula kristal putih hingga akhir tahun 2014. Musababnya, pemerintah sedang berupaya menstabilkan harga gula karena stok di dalam negeri masih melimpah.
"Sementara ini menurut pengkajian kami di Kementerian Perdagangan, semua impor akan disetop untuk menstabilkan harga," kata Lutfi saat ditemui di kantornya, Jumat, 11 Juli 2014.
PERSIANA GALIH