TEMPO.CO, Jakarta - Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa ihwal situasi hak asasi manusia di Palestina, Makarim Wibisono, memilih melakukan pendekatan kemanusiaan dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.
Makarim menjelaskan, fokus utama kerjanya setelah resmi menjadi pelapor khusus PBB pada 2 Juni 2014 adalah melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat yang menjadi korban. Ia akan mengunjungi tiga tempat utama untuk bertemu dengan masyarakat serta mencari informasi dan data untuk akhirnya membuat rekomendasi kepada PBB. Ketiga tempat itu adalah Yerusalem, Tepi Barat, dan Gaza.
"Saya berangkat dari aspek HAM, low politics atau pendekatan bottom-up, bukan top-down," kata Makarim kepada Tempo di rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 12 Juli 2014. (Baca:Jurnalis Palestina Jadi Sasaran Roket Israel )
Pendekatan kemanusiaan, menurut Makarim, memudahkan dia membangun kepercayaan masyarakat baik Palestina maupun Israel. Hal itu juga berlaku bagi pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pertikaian panjang ini.
Diplomat senior dengan gaya bicara tenang dan penuh senyum ini memastikan pilihan pendekatan kemanusiaan dia ambil setelah mengevaluasi pendekatan-pendekatan yang dilakukan sejumlah pelapor khusus sebelum dia terpilih.
"Selama ini fokus pada pendekatan top-down dengan mempermalukan satu pihak dengan melakukan apa yang disebut naming, shaming, showing," kata Makarim.
Untuk menggali data dan informasi awal, Makarim akan bergabung dengan beberapa pelapor khusus PBB lain. Pekan depan, ia akan berangkat ke markas PBB di Jenewa untuk mempersiapkan rencana kerjanya. (Baca:Israel: Serangan Selesai Jika Tujuan Kami Tercapai)
Makarim menggantikan Richard Falk, ahli hukum asal Amerika Serikat. Falk dalam menjalankan tugasnya secara terang-terangan menunjukkan sikap anti-Israel. Walhasil, ia tidak dapat diterima masuk ke wilayah Israel (Tel Aviv) untuk melaksanakan mandatnya dari PBB. Ia pun terpaksa mengembalikan mandatnya ke PBB.
Pilihan jatuh pada Makarim, Ketua Sidang HAM PBB 2005, seorang diplomat berkebangsaan Indonesia, negara yang bersikap tegas mendukung Palestina di PBB dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. "Saya tidak terganggu dengan posisi Indonesia. Sebab, saya di sini bertugas tidak membawa nama negara saya, tapi mandat PBB. Jadi tidak ada masalah," kata Makarim optimistis.
MARIA RITA
Berita lainnya:
Bocah 9 Tahun Polisikan Ortunya yang Jual Ganja Ilegal
Al-Maliki Pecat Menteri Luar Negeri Irak
Secara Mengejutkan Putin Berkunjung ke Nikaragua