TEMPO.CO, Rio de Jainero - Argentina memasuki final Piala Dunia 2014 sebagai underdog. Pasar taruhan, termasuk William Hill di London dan Asian Bookie di London, menjagokan lawan mereka, Jerman.
Penyebabnya adalah perjalanan yang kontras menuju partai puncak tersebut. Argentina melewati lima laga dengan kemenangan hanya selisih satu gol. Pada pertandingan terakhir, melawan Belanda di semifinal, Rabu lalu, Lionel Messi cs gagal mencetak gol dan membutuhkan penalti untuk lolos. Sebaliknya, Jerman tampil trengginas dengan 17 gol. Mereka membuat tuan rumah Brasil menangis dengan skor 7-1 di semifinal, Selasa lalu. Padahal, pasar menjagokan Brasil sebagai kandidat terkuat peraih juara.
"Jerman selalu menjadi favorit mendapatkan Piala Dunia," kata Sergio Aguero, penyerang Argentina, kemarin. Mereka menjadi tim yang paling sering hadir di final Piala Dunia, yaitu delapan kali. Terakhir, mereka menjadi finalis di Korea Selatan/Jepang sebelum takluk oleh Brasil. "Sekarang, mereka kembali tampil cemerlang."
Keperkasaan tim Panser berbanding terbalik dengan Argentina yang absen di final Piala Dunia selama 24 tahun. Aguero, 26 tahun, menyadari posisinya sebagai anggota tim yang dianggap lebih lemah. "Jerman merupakan tim besar dengan pemain yang sudah bermain bersama selama beberapa tahun," ujar penyerang Manchester City tersebut. Dia mengatakan timnya akan menghadapi tekanan besar dari Thomas Mueller cs saat mereka berhadapan Stadion Maracana, Ahad waktu setempat atau Senin dinihari waktu Indonesia.
Namun, ketimbang minder, Aguero memilih mencari hikmah dari posisi mereka. Pemain dengan 55 caps dan 21 gol itu mengatakan menjadi underdog malah menguntungkan Albiceleste--julukan Argentina yang berarti putih-biru langit. "Karena tekanan untuk Jerman menjadi lebih besar," katanya.
Argentina--yang sebelum turnamen bergulir menjadi kandidat kuat juara--gagal menampilkan permainan terbaik mereka. Nama-nama besar di lini depan, termasuk Aguero, Ezequiel Lavezzi, dan Gonzalo Higuain mandul. Mereka bisa melaju semata mengandalkan aksi individual Lionel Messi, pemain terbaik dunia empat kali. Beruntung, lini belakang, yang sebelumnya dianggap sebagai kelemahan, tampil solid, terutama dalam dua pertandingan terakhir.
Hal itu berbanding terbalik saat Argentina berhadapan dengan Jerman di final Piala Dunia 1986 di Meksiko dan empat tahun kemudian di Italia. Saat itu, Diego Maradona berbagi beban dengan pemain lain, seperti Daniel Passarella, Jorge Burruchaga, dan Claudio Caniggia.
Maxi Rodriguez, gelandang Argentina, berharap mereka bisa menggenjot performa di Maracana. "Jika berada di kondisi puncak, kami bisa mengalahkan siapa saja," kata pemain 33 tahun yang membela Newell's Old Boys di liga Argentina itu.
Masalahnya, sulit berharap mendapatkan kondisi puncak dengan sederet pemain yang cedera. Aguero baru sembuh dari cedera otot kaki yang membuatnya absen di babak 16 besar dan perempat final. Dia cuma bermain di 40 menit terakhir saat melawan Belanda. Sedangkan Angel di Maria, gelandang Albiceleste, tidak tampil di semifinal akibat cedera paha. "Kondisinya antara 60 dan 80 persen," kata Andres Ventura, juru bicara tim.
LA TIMES | WASHINGTON POST | REUTERS | FIFA | REZA MAULANA