TEMPO.CO, Jakarta - Penolakan penandatanganan berita acara penghitungan suara oleh saksi pasangan calon presiden kembali terjadi. Kali ini, penolakan dilakukan saksi Prabowo Subianto-Hatta Rajasa terhadap rekapitulasi suara di Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat. "Saksi dari nomor urut 1 tidak mau tanda tangan berita acara penghitungan," kata Camat Taman Sari, Paris Limbong, kepada Tempo, Ahad, 13 Juli 2014.
Paris mengatakan, penolakan terjadi karena saksi merasa keberatan dengan kinerja Panitia Pemungutan Suara di tingkat kelurahan. Menurutnya, keberatan itu membuat saksi akhirnya tidak mau menandatangani berita acara tersebut. "Jadi saksi yang tanda tangan cuma dari nomor urut 2 saja," kata dia. (Baca: Saksi Prabowo Tolak Teken Rekapitulasi Suara di Jakarta Barat)
Sementara itu, Ketua PPK Tamansari, Haris, mengatakan saksi Prabowo-Hatta mempertanyakan mekanisme kerja PPS yang dianggap tidak sesuai prosedur. Akibatnya, terlalu banyak pemilih yang bisa mencoblos hanya menggunakan foto kopi KTP saja.
Mereka pun disebut sempat memberikan masukan kepada PPK Tamansari untuk mengevaluasi kinerja PPS kelurahan. Meski begitu, mereka tetap menolak untuk menandatangani berita acara penghitungan suara tingkat kecamatan. "Mereka memberi masukan, tapi pada akhirnya tetap tidak mau tanda tangan," ujarnya.
Menurutnya, penolakan itu tidak akan memengaruhi hasil penghitungan suara di Tamansari. Haris menyatakan, berita acara penghitungan suara tetap akan diserahkan ke KPUD Jakarta Barat malam ini juga. "Sudah ditandatangani PPK dan Panwaslu, jadi segera diserahkan ke KPU," katanya. (Baca juga: Rekapitulasi Suara di Jakarta Sampai di Kecamatan)
Adapun dari 68.815 pemilik hak suara di Tamansari, Jokowi-JK berhasil mengungguli Prabowo-Hatta. Pasangan nomor urut dua itu mendapat 46.806 suara, sedangkan nomor urut satu cuma meraih 22.009 suara. "Suara yang tidak sah sebanyak 662," kata Haris.
Sebelumnya, saksi dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menolak menandatangani berita acara penghitungan suara tingkat kecamatan. Hal itu terjadi setelah mereka curiga dengan banyaknya pemilih yang mencoblos melalui daftar pemilih tambahan. Mereka menganggap jumlah pemilih yang masuk dalam pemilih tambahan terlalu banyak dan dianggap mencurigakan.
DIMAS SIREGAR
Topik terhangat:
Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Piala Dunia 2014 | Tragedi JIS
Berita terpopuler lainnya:
Begini Cara Ahok Berantas Premanisme
Dahlan Iskan Copot Komisaris Penggagas Obor Rakyat
Hati-hati Selfie Telanjang, Foto Tak Bisa Dihapus