TEMPO.CO , Jakarta-Pemerintah diminta untuk menetapkan harga patokan penjualan cabai untuk menyangga produksi cabai yang berlebihan. Langkah ini untuk meminimalisir kerugian petani akibat semakin merosotnya harga cabai hingga ke level Rp 3.000 per kilogram.
"Caranya pemerintah membeli cabai pada harga sedang anjlok untuk kemudian dikeringkan oleh petani," kata Ketua Asosiasi Agrobisnis Cabai Jawa Timur, Sukoco saat dihubungi Tempo, Ahad, 13 Juli 2014.
Menurut Sukoco, batas minimal harga yang mestinya sudah ditanggung oleh pemerintah adalah Rp 5.000 per kilogram cabai segar. Pada posisi harga tersebut, petani sebenarnya sudah mengalami kerugian karena biaya produksi cabai saat ini berkisar antara Rp 7.000 - Rp 8.000 per kilogram. "Dengan harga sudah jatuh, pemerintah membeli, jadi subsidinya diarahkan ke situ," katanya. (baca: Harga Anjlok, Petani Sumenep Sedekahkan Cabai)
Cabai yang sudah dibeli pemerintah itu tadi, kata Sukoco, kemudian akan dikeringkan oleh petani agar masa konsumsinya lebih tahan lama. Cabai yang sudah dikeringkan tersebut nantinya bisa dijual lagi ke pasar konsumsi atau diserap oleh industri. "Dengan begitu petani untung, konsumen juga tetap diberatkan, ini ideal," katanya.
Pemerintah menyatakan telah memantau penurunan harga cabai di semua sentra produksi cabai di Indonesia. Penurunan harga yang merosot drastis ini dilaporkan karena melimpahnya suplai. Menurut Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, solusi over suplai ini bisa diatasi dengan mengeringkan cabai agar lebih tahan lama. (baca:CT: Harga Cabai Anjlok, Petani Bakal Mogok )
Berdasarkan pantauan harga di Pasar Induk Kramat Jati per 11 Juli 2014, harga sejumlah jenis cabai mengalami penurunan. Untuk harga cabai merah keriting dan cabai rawit hijau harganya Rp 8.000 per kilogram. Harga tersebut terus turun dari posisi Rp 9.500 dan Rp 10.000 per kilogram pada hari sebelumnya. Sedangkan untuk cabai rawit merah dan cabai merah besar harganya masing-masing Rp 10.000 dan Rp 11.000 per kilogram.
AYU PRIMA SANDI
Terpopuler:
KPK: DPR Tak Mendukung Pemberantasan Korupsi
Main Sinetron Lagi, Deddy Mizwar Dinilai Tak Etis
Ternyata Mencium Bau Kentut Ada Manfaatnya