Ramadan, Okupansi Hotel Turun, Restoran Naik

Editor

Rini Kustiani

Piano dan sofa nyaman ini menghiasi ruang tamu di kamar suite Royal Penthouse Hotel President Wilson di Jenewa, Swiss. Konon tarif menginap di kamar ini merupakan yang termahal di dunia. Bussinessinsider.com
Piano dan sofa nyaman ini menghiasi ruang tamu di kamar suite Royal Penthouse Hotel President Wilson di Jenewa, Swiss. Konon tarif menginap di kamar ini merupakan yang termahal di dunia. Bussinessinsider.com

TEMPO.CO, Jakarta - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia menyatakan tingkat keterisian hotel selama Ramadan turun 30 persen. Penurunan okupansi ini seiring dengan turunnya jumlah wisatawan yang bepergian jauh selama Ramadhan. "Seperti tahun lalu, tren keterisian hotel berbintang menurun di bulan puasa. Wisatawan asing jarang yang mau datang karena sepi di sini," kata Jon A Masli, Ketua Hubungan Luar Negeri Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ketika dihubungi Tempo, Ahad 13 Juli 2014.

Tingkat okupansi hotel berbintang 4 dan 5 menurun karena mayoritas hotel ini digunakan untuk kegiatan bisnis. "Sedangkan kegiatan bisnis juga berkurang di bulan ini, mau bertemu orang susah," terang Jon. Sementara itu, Jon mengklaim okupansi hotel budget tidak menurun secara signifikan. Alasannya, hotel ini melayani pesanan kegiatan yang sudah terjadwal sebelumnya.

Berbeda dengan kondisi hotel, okupansi restoran justru meningkat selama Ramadhan. "Ada kebalikan antara hotel dan restoran. Restoran ramai terutama malam hari untuk buka puasa," ungkap Jon. Ia mengungkapkan, okupansi restoran, baik di hotel dan mall, meningkat 30 persen. "Kalau hari biasa tren makan malam di restoran tak sebanyak ketika bulan puasa. Lihat saja pengunjung resto membludak."

Menurut dia, restoran berbintang di mall dan hotel juga mayoritas tetap buka di siang hari, sehingga tidak ada penurunan pengunjung. "Orang yang tidak puasa tetap bisa makan," ucap Jon. Jon memprediksi, kegiatan bisnis perhotelan dan restoran akan kembali normal sepekan setelah Lebaran. "Banyak waktu yang tersisa termasuk saat pemilu. Beberapa hari sebelum Lebaran belum bisa normal karena banyak juga wisatawan domestik yang tidak Lebaran memanfaatkan waktu bepergian ke luar negeri."

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis 1 Juli 2014, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 27 provinsi pada Mei 2014 rata-rata 52,7 persen. Tingkat ini menurun dari periode sama tahun lalu sebesar 0,62 poin. TPK terbesar yaitu di Bengkulu sebesar 65,70 persen, Yogyakarta sebesar 63,02 persen, dan Bali sebesar 61,07 persen.

PUTRI ADITYOWATI

Topik terhangat:
Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Piala Dunia 2014 | Tragedi JIS

Berita terpopuler lainnya:
Begini Cara Ahok Berantas Premanisme
Dahlan Iskan Copot Komisaris Penggagas Obor Rakyat
Hati-hati Selfie Telanjang, Foto Tak Bisa Dihapus