TEMPO.CO , Brasilia - Pemandangan aneh terhampar di Stadion Nasional, Brasilia, kemarin dini hari. Sebanyak lebih dari 60 ribu pendukung tim tuan rumah Brasil mengejek para pemain mereka sendiri dan bersorak untuk tim lawan, Belanda. Begitu pula saat pasukan Oranje mencetak tiga gol di gawang Brasil pada pertandingan perebutan peringkat ketiga Piala Dunia 2014.
"Saya mendukung Belanda, karena tim kami sampah," kata Diogo Chaer, di sudut tribun. Pengusaha itu berpaling dari tim nasionalnya setelah Selecao, julukan Brasil, dibantai 1-7 oleh Jerman di semifinal, Rabu lalu. Dia bahkan mengenakan seragam oranye Belanda saat hilir mudik di ibu kota Brasil tersebut.
Di pantai Copacabana, Rio de Janeiro, suporter Brasil mulai meninggalkan fan fest--arena nonton bareng dengan layar raksasa yang disediakan panitia--sebelum babak pertama berakhir. Mereka jengah melihat timnya ketinggalan 0-2 hanya dalam 17 menit. "Saya mau cari kesenangan di tempat lain saja," kata Francisco Ramos. Tentara 21 tahun yang mengenakan seragam Selecao tersebut pun ngeluyur. "Pertandingannya parah banget."
Warga lain di Rio, Lucas Carvalho, 23 tahun, mengenakan jersey dan topi oranye. Dia beralasan pembantaian 7-1 yang dilakukan Jerman di Belo Horizonte membuatnya trauma mendukung Brasil. "Itu tidak akan bisa saya lupakan sampai beberapa tahun ke depan," kata mekanik listrik tersebut. (Baca juga: Permalukan Brasil 3-0, Belanda Raih Perunggu).
Wajar jika kekalahan dari Belanda dan Jerman itu meninggalkan luka dalam di hati suporter. Negara dengan 200 juta penduduk itu terkenal gila bola. Hampir semua anak laki-laki mendapat kado bola sepak di ulang tahun pertamanya. Mereka juga jadi peraih terbanyak Piala Dunia, lima kali.
Ini merupakan kali kedua Brasil jadi tuan rumah. Di Piala Dunia 1950, mereka melaju ke final yang berlangsung di Stadion Maracana, namun tumbang oleh Uruguay. Kekalahan itu dikenal sebagai Tragedi Maracana dan diceritakan dari generasi ke generasi. Kapten Brasil Thiago Silva memahami kemurkaan pendukung. "Itu normal," katanya. "Mereka juga punya perasaan."
THE NATIONAL | ESPN | REZA MAULANA