TEMPO.CO , Jakarta:Musim mudik lebaran tahun ini, perusahaan otobus sedikit bisa bernafas lega. Sebab, mereka mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menangguk untung dibandingkan tahun kemarin.
Ketua DPP Organisasi Angkutan Darat (Organda), Eka Sari Lorena mengatakan, tahun ini jumlah perusahaan yang menggelar acara mudik bareng gratis berkurang. Akibatnya, peluang perusahaan bus reguler untuk meraup lonjakan jumlah penumpang pemudik lebih besar.
Tahun lalu, peluang pengusaha angkutan darat untuk menangguk untung berkurang karena berdekatan dengan musim pemilihan umum. Sebab, banyak partai-partai politik yang selenggarakan mudik gratis sebagai bagian dari kampanye. Celakanya, banyaknya ajang mudik gratis oleh partai politik itu tak berkoordinasi dengan DPP Organda. Perusahaan otobus reguler pun hanya gigit jari tak kebagian rejeki. Rejeki mengalir kebanyakan untuk bus-bus parwisata.
"Yang terkena imbasnya langsung adalah perusahaan bus reguler jarak dekat dan menengah. Mudik gratis kebanyakan untuk jarak-jarak itu. Sedangkan untuk jarak jauh, jarang," kata Eka Sari Lorena saat dihubungi Senin 14 Juli 2014.
Selain faktor pemilu yang hampir sudah usai, peluang untung perusahaan otobus tahun ini, juga muncul dari harga avtur yang kian melambung. Melambungnya harga avtur itu, membuat maskapai lebih banyak gunakan tarif atas. Akibatnya harga tiket jadi tak terbeli. "Kalau berangkat sendirian, mungkin tak terasa. Tapi kalau tiket untuk seluruh keluarga, akan menjadi berat," terang Eka.
Jika tiket pesawat sudah tak terbeli, penumpang biasanya beralih ke kereta api. Tapi moda transportasi ini mempunyai kapasitas yang terbatas. Apalagi sejak 2011 lalu, PT KAI tidak menjual tiket berdiri. Mau tak mau penumpang akhirnya akan memilih bus untuk mudik lebarannya. "Tahun ini kami menyediakan sekitar 43 ribu armada bus untuk seluruh Indonesia. Jumlah ini naik dibandingkan tahun lalu sekitar 39 ribu armada," kata Eka. Dengan jumlah armada sebanyak itu, menurut Eka cukup untuk angkut semua pemudik lebaran tahun ini.
AMIR TEJO