TEMPO.CO , Jakarta: Harga cabai di tingkat petani terus mengalami penurunan selama Juni hingga Juli 2014. Petani menduga, penurunan harga secara drastis itu bukan hanya karena kelebihan produksi melainkan ada pengaruh impor pasta cabai oleh industri. "Kami mencurigai ada peningkatan impor pasta cabai terbukti dengan berkurangnya serapan industri terhadap cabai petani," kata Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Jawa Timur, Sukoco saat dihubungi Tempo, Ahad, 13 Juli 2014. (baca:Harga Anjlok, Petani Sumenep Sedekahkan Cabai)
Menurut Sukoco, serapan cabai petani oleh industri menurun hingga 50 persen. Padahal kebutuhan industri setiap bulannya sebenarnya berkisar antara 3.000 - 4.000 ton per bulan. "Dari kebutuhan tersebut 80 persennya berasal dari cabai petani," kata dia. (baca: Pasokan Cabai dari Jawa Barat Ditahan)
Sukoco mengatakan, selama ini tata niaga pasta atau bubur cabai ini memang tidak diatur oleh pemerintah. Pemerintah hanya mengatur pemberian rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) atas komoditas cabai segar. Padahal industri bisa saja mengalihkan pasokan untuk kebutuhan cabai segar ke pasta cabai saat harga di tingkat petani sedang tinggi. (baca:Petani Minta Tata Niaga Impor Pasta Cabai Diatur)
Akibat penurunan serapan cabai oleh industri ini, petani mengaku menderita kerugian yang sangat besar. Sebab, harga jual tersebut tidak sebanding dengan biaya produksi. Saat ini harga jual cabai keriting merah di petani hanya Rp 4.000 per kilogram, sementara biaya produksinya mencapai Rp 7.000 - Rp 8.000 per kilogram.
AYU PRIMA SANDI
Terpopuler :
Soal Dukung Jokowi, Demokrat Tidak Haus Kekuasaan
Kepindahan Arturo Vidal ke MU Tinggal Tunggu Waktu
Saksi Prabowo di Tamansari Juga Tolak Tanda Tangan
Pendukung Prabowo Sepakat Tunggu Hasil KPU