TEMPO.CO, Jakarta - Analis PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan berakhirnya euforia politik dalam negeri membuat laju indeks kini lebih dipengaruhi oleh pergerakan bursa regional. Aksi beli yang terjadi di Bursa Efek Indonesia hingga siang ini dipicu oleh hasil positif sebagian bursa di Asia, setelah kemarin indeks Dow Jones kembali mencetak rekor terbarunya pada level 17.088,43.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan siang ini ditutup menguat 26,9 poin (0,54 persen) ke level 5.047,96. Bursa regional Asia juga cenderung menguat hingga pukul 12.45 WIB. Indeks Nikkei 225 menguat 0,76 persen ke 15.413, indeks Hang Seng menguat 0,47 persen ke 23.455,28, indeks Strait Times naik 0,02 persen ke 3.291,75, dan bursa Korea menguat 0,96 persen ke level 2.013.
Menurut Satrio, beberapa hari ini, pelaku pasar hanya akan mengandalkan sentimen regional. Hal itu dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, hasil pilpres masih menimbulkan ketidakpastian karena hasil penghitungan cepat yang berbeda di antara dua kubu. Artinya, kata dia, pasar masih harus menunggu hasil penghitungan manual Komisi Pemilihan Umum pada 22 Juli mendatang. (Baca: Pekan Ini Waspadai Pembalikan Arah IHSG)
Kedua, aksi beli dari investor asing terlihat menurun dalam beberapa hari terakhir. "Kondisi pasar yang masih dalam posisi wait and see menunggu hasil pengumuman pilpres diperkirakan membuat IHSG sulit bergerak naik terlalu banyak," ujar Satrio.
Meski demikian, Satrio meyakini bahwa menjelang 22 Juli sentimen pilpres akan kembali mengerek pasar ke arah positif. Akumulasi beli jangka pendek disarankan pada harga rendah dan pada saham yang terimbas sentimen pilpres, seperti perbankan, konstruksi, dan semen. "IHSG baru akan memberikan sinyal positif lanjutan bila mampu ditutup di atas resistan 5.050."
PDAT | M. AZHAR
Terpopuler:
Mubarok Beberkan 'Bom' Uang di Kongres Demokrat
Deddy Mizwar Diberi Dua Pilihan jika Main Sinetron
Hasil Pemilu Menurun, Ical Didesak Gelar Munas
Samsung Setop Bisnis dengan Pemasok Cina
BI: Jangan Kaget dengan Uang NKRI