TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pers, Stanley Adhi Prasetyo, berharap manajemen Radio Republik Indonesia (RRI) tak takut menghadapi teror setelah mengumumkan hasil hitung cepat (quick count) yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. "Jangan kalah dengan teror. Koordinasi dengan aparat," kata Stanley ketika dihubungi Tempo, Selasa, 15 Juli 2014.
Stanley mengaku mendengar pihak RRI mendapat teror dan ancaman setelah merilis hasil hitung cepat mereka. (Baca: Kantor RRI Dijaga Polisi)
Dia juga mendapat informasi, akibat teror itu, lembaga penyiaran publik tersebut menghapus siaran hasil hitung cepat yang sebelumnya terpampang di laman RRI. Tak hanya itu, RRI juga menonaktikan akun Twitter @qcrri yang mencuitkan informasi seputar hasil hitung cepat. Stanley menyayangkan keputusan manajemen RRI tersebut. "Itu kesalahan. RRI itu seharusnya mewakili publik," tuturnya. (Baca: Alasan RRI Menutup Tayangan Hasil Hitung Cepatnya)
Meski demikian, Stanley belum mengetahui detail bentuk teror terhadap RRI karena belum bertemu langsung dengan manajemen. Dewan Pers, kata dia, sudah menghubungi Direktur RRI untuk bertemu. "Tapi belum ada waktu yang pas," ujarnya.
Untuk mengatasi kisruh ini, Stanley meminta RRI memberi penjelasan ke publik mengenai tujuannya melakukan hitung cepat. "Tidak usah khawatir," tuturnya. (Baca: Gara-gara Hitung Cepat DPR Panggil RRI)
Dalam hitung cepat hasil pemilihan presiden, RRI mengunggulkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan perolehan suara 52,21 persen. Sedangkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa hanya meraup 47,49 persen.
Keikutsertaan RRI dalam melakukan penghitungan cepat tersebut dikritik oleh sebagian kalangan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat. Padahal, saat pemilihan legislatif lalu, RRI juga menggelar hitung cepat dan tak ada yang mempermasalahkan. (Baca: RRI Dipanggil DPR, Netizen Serukan #SaveRRI)
LINDA TRIANITA
Terpopuler:
Mubarok Beberkan 'Bom' Uang di Kongres Demokrat
Deddy Mizwar Diberi Dua Pilihan jika Main Sinetron
Hasil Pemilu Menurun, Ical Didesak Gelar Munas
BI: Jangan Kaget dengan Uang NKRI
Samsung Setop Bisnis dengan Pemasok Cina