TEMPO.CO, Surabaya -- Suasana duka menyelimuti keluarga Theo Lekatompessy. Belum hilang kesedihan karena kepergian sang ibu, Rabu, 16 Juli 2014 lalu, kini Direktur Utama PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk itu harus kehilangan kakaknya, Charles Tamtelahitu, 63 tahun. Charles turut menjadi korban jatuhnya Malaysia Airlines MH17 di Ukraina.
"Tadi malam sekitar jam 11, saya dapat kabar ada kecelakaan Malaysia Airlines," kata pria berusia 53 tahun itu saat ditemui Tempo di Rumah Duka Adi Jasa, Jalan Demak, Surabaya, Jumat, 18 Juli 2014.
Charles memang hendak terbang ke Surabaya untuk menghadiri proses pemakaman ibunya, Agustine Hermelina Lekatompessy, Jumat sore ini, 18 Juli 2014. Kepastian keberadaan Charles di pesawat nahas tersebut juga disampaikan Duta Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda. "Bu Retno Marsudi (Duta Besar RI) sudah konfirmasi dan saya juga dapat berita dari Malaysia Airlines kalau ada korban bernama Charles," kata Theo.
Mendengar kabar itu, Theo semakin yakin bahwa sang kakak menjadi salah satu penumpang Malaysia Airlines yang tewas. Apalagi, pesawat itu adalah satu-satunya yang lepas landas dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur, Malaysia. (Baca: Suami Jadi Korban MH17, Istri Selamat dari MH370 )
Semula, Charles memang ragu untuk terbang menggunakan pesawat Malaysia Airlines. Theo meminta Charles terbang ke Indonesia pada Rabu, beberapa saat setelah mendapat kabar wafatnya ibunda. Namun, Charles baru bisa berangkat Kamis. Kepada Theo, Charles meminta agar pemakaman sang ibunda ditunda Sabtu. Akan tetapi, penundaan itu tidak memungkinkan karena jenazah sang ibu tidak diformalin sehingga harus segera dimakamkan.
Hampir seluruh penerbangan penuh pada hari Kamis. Satu-satunya seat yang tersisa adalah pesawat Malaysia Airlines. Charles pun kemudian menumpang pesawat yang berangkat sekitar pukul 16.00 waktu setempat itu. Rencananya Charles akan menghadiri pemakaman sang ibu bersama kedua anaknya. "Tapi karena hanya dapat satu seat, akhirnya hanya kakak saya yang berangkat," ujar Theo. (Baca: Mengenal Rudal yang Tembak Jatuh MH17)
Saat ini Theo masih menunggu proses identifikasi sang kakak melalui tes DNA. Ia mengaku telah ikhlas menerima takdir Tuhan atas kepergian kakaknya. Soal sikap yang diambilnya, Theo masih akan menunggu penyebab kepastian jatuhnya pesawat. "Kalau benar jatuhnya karena roket atau ditembak, mungkin cover asuransinya beda. Tapi kalau karena mesin, tentu akan lain lagi," katanya.
Theo berkomunikasi terakhir dengan Charles sebelum keberangkatan pesawat. Charles juga memberitahukan bahwa dirinya sempat tidak bisa masuk karena terkendala paspor yang sudah habis masa berlakunya enam bulan lalu. Namun, karena hanya dua hari berada di Indonesia untuk menghadiri pemakaman dan memiliki tiket pulang ke Amsterdam, Charles pun diizinkan untuk memasuki pesawat.
Charles lahir di Surabaya dan bekerja di sebuah perusahaan engineered air di Amsterdam. Charles kemudian menjadi warga negara Belanda melalui proses naturalisasi. Charles terakhir berkunjung ke Surabaya pada 2013 lalu. "Terakhir ke sini bertemu ibunya tahun lalu," ujar putri Theo, Nathanya Lekatompessy.
Pesawat Malaysia Airlines MH17 jenis Boeing 777-200 itu jatuh akibat tembakan rudal yang diduga dilakukan oleh milisi pro-Rusia pada Kamis malam di kawasan Donetsk, Ukraina Timur. Seluruh penumpang yang berjumlah 280 orang dan 15 awak pesawat meninggal. (Baca: Tragedi MH17 Beri Sentimen Negatif ke Penerbangan)
AGITA SUKMA LISTYANTI