TEMPO.CO, Jakarta: Hasil rekapitulasi suara sementara mengunggulkan pasangan calon presiden, Joko Widodo-Jusuf Kalla, pada kisaran angka 52 persen. Juru bicara tim sukses Jokowi-JK, Anies Baswedan, menjelaskan jumlah itu banyak disumbang oleh pemilih abu-abu (undecided voters). “Rasionya tujuh banding tiga,” ujarnya ketika dihubungi, 17 Juli 2014.
Menurut Anies, sikap pemilih abu-abu banyak dipengaruhi oleh peristiwa di pekan terakhir masa kampanye. Beberapa di antaranya Konser Revolusi Mental di Gelora Bung Karno dan obrolan sejumlah publik figur di Twitter lewat tagar #AkhirnyaMemilihJokowi. “Kelas menengah yang sebelumnya bimbang akhirnya memilih,” katanya.
Pemilih abu-abu merupakan kelompok orang yang belum bisa menentukan pilihan. Survei yang dibuat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada akhir Juni lalu menyebut jumlah mereka mencapai 20 persen dari total daftar pemilih tetap yang berjumlah 190 juta suara. Keberadaan mereka tersebar baik di wilayah perkotaan atau pedesaan.
Hasil rekapitulasi suara berbasis C1 menyebut pemilih Jokowi-JK berasal dari provinsi padat penduduk seperti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Papu, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. “Kami banyak menang di wilayah-wilayah yang terbuka dengan ide perubahan,” kata Anies.
Anies menilai resonansi gagasan perubahan disambut baik oleh banyak pemilih. Sebaliknya, perolehan suara di wilayah yang relatif tradisional seperti Jawa Barat cenderung anjlok. Kekalahan itu juga dipengaruhi faktor kepemimpinan lokal dan kampanye hitam. “Banyak kepala daerah di Jawa Barat yang berasal dari kubu seberang,” kata dia.
Sekalipun demikian, kata Anies, Jokowi-JK tetap menilai penting pertarungan di Jawa Barat. Itulah mengapa di akhir masa kampanye, fokus perhatian mereka banyak terkuras untuk menyapa calon pemilih yang tersebar di sejumlah kota di Jawa Barat. “Kalau masa kampanyenya lebih panjang, kami yakin bisa memperoleh lebih dari 40 persen,” ujarnya.
Keyakinan itu juga dilatari oleh potret perolehan suara di wilayah yang menjadi basis kekuatan pasangan Prabowo-Hatta seperti Cirebon dan Indramayu. Meski dua wilayah itu dipimpin oleh kader dari partai Koalisi Merah Putih, perolehan suara Jokowi-JK nyatanya mampu menembus angka 60 persen.
Anies mengakui penurunan suara Jokowi-JK di beberapa kota besar di Jawa ikut dipengaruhi oleh peredaran Obor Rakyat. Namun, ia bersyukur lantaran tabloid itu terbit satu bulan menjelang pencoblosan. “Kami punya waktu untuk membuat Obor Rahmatan Lil‘alamin. “Andai kata itu disebar dua minggu menjelang pencoblosan, kami pasti keteteran,” katanya.
RIKY FERDIANTO
Terpopuler:
Istri Pimpinan ISIS Mantan Penata Rambut
Pamer Busana Muslimah, Syahrini Dirisak Netizen
Kiper Oblak Bergabung ke Atletico Madrid
Komnas HAM Pastikan Pemanggilan Paksa Kivlan Zen
Samsung Kuasai Pasar Tablet Indonesia