TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri menanggapi enteng pernyataan Bank Dunia yang merevisi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Mereka memang lebih konservatif. Tapi angka tersebut masih sesuai range kita. Range-nya kan sekitar 5,1 sampai 5,5 persen," ujarnya seusai rapat koordinasi membahas dwelling time, Senin, 21 Juli 2014. (Baca: Bank Dunia Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI)
Sebelumnya, Bank Dunia pada konferensi pers hari ini merevisi angka pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,3 persen yang diumumkan di bulan Maret, menjadi 5,2 persen. Turunnya angka pertumbuhan tersebut karena melemahnya harga komodoti serta sektor kredit sehingga pendapatan domestik bruto atau PDB turun 1 persen dari tahun 2011 sebesar 16,3 persen, menjadi 15,3 persen di tahun 2013.
Bank Dunia menegaskan perlu adanya reformasi struktural khususnya terkait dengan kebijakan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Subsidi tersebut menjadi faktor utama penyebab defisit transaksi berjalan. (Baca: Presiden Terpilih Diminta Tarik Subsidi BBM)
Disinggung soal kenaikan harga BBM bersubsidi, Chatib Basri tidak berkomentar banyak. Dia mengatakan jika kenaikan BBM memang perlu namun soal realisasinya belum bisa dipastikan. "Seharusnya sih dinaikkan, tapi untuk pemerintahan yang saat ini masih bisa diatasi jika harga BBM tidak dinaikkan," ucapnya.
Pemerintah saat ini mengganti kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi dengan memangkas sejumlah anggaran di beberapa kementerian. Meski oleh sejumlah pengamat kebijakan tersebut tidak terlalu efektif menekan defisit anggaran.
AYU WANDARI
Berita terpopuler:
Jembatan Comal Rusak, Ongkos Tiket Bus Naik
Lebaran Ini, Pendapatan KAI Tak Naik Signifikan
Saham Malaysia Airlines Makin Melorot