TEMPO.CO, Jakarta - Pengumuman hasil pemilihan presiden oleh Komisi Pemilihan Umum pada pekan ini dipastikan akan menentukan gerak pasar obligasi. Jika kondisi aman, pasar akan dapat melanjutkan penguatan. Namun jika tidak, maka harga obligasi akan terkoreksi akibat aksi ambil untung pelaku pasar untuk mengamankan posisi terhadap kondisi yang mengkhawatirkan.
"Obligasi akan menguat dengan minimal perubahan rata-rata 65 sampai 80 basis poin, sementara potensi pelemahan rata-rata hingga 80 sampai 105 basis poin," tutur Reza Priyambada, Kepala Riset PT Trust Securities, Ahad, 20 Juli 2014. Dia juga mengingatkan untuk terus mencermati perubahan sentimen yang ada, terutama dari sisi laju nilai tukar rupiah serta rilis data-data global. (Baca:Pemerintah Batal Tambah Utang dalam Mata Uang Yen)
Pemerintah pada Selasa, 22 Juli akan kembali melelang Surat Utang Negara dengan jumlah indikatif sebesar Rp 10 triliun. Ada lima seri yang akan dilelang, yaitu seri SPN12150501 yang jatuh tempo pada 1 Mei 2015, seri SPN12150710 yang jatuh tempo pada 10 Juli 2015, seri FR0069 jatuh tempo pada 15 April 2019, seri FR0070 jatuh tempo pada 15 Maret 2024, dan seri FR0068 yang jatuh tempo 15 Maret 2034.
Pada pekan kemarin laju pasar obligasi bergerak variatif, bahkan cenderung menguat tipis. Pelaku pasar masih menahan diri seiring masih adanya sentimen ketidakpastian terhadap hasil pilpres. Di sisi lain, masih terdepresiasinya rupiah turut mengganjal potensi penguatan lanjutan pasar obligasi. Tercatat mayoritas obligasi masih mengalami penurunan imbal hasil atau yield.
Pada hari Selasa, tanggal 15 Juli 2014, telah dilakukan Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara seri SPN-S 02012015, PBS005, dan PBS006 melalui sistem pelelangan Bank Indonesia. Total penawaran yang masuk sebesar Rp 1,595 triliun. Porsi penawaran terbesar yang masuk ialah pada seri SPN-S 02012015 senilai Rp1,27 triliun. Adapun yield terendah yang masuk sebesar 6,72 persen dan tertinggi sebesar 8,75 persen. (Baca:Pemerintah: Sukuk Negara Tak Diminati Investor)
AYU WANDARI
Berita Lain:
Mahfud Md.: Dua Capres Sama-sama Curang
SBY Klaim Mampu Tengahi Perselisihan di Pilpres
Kalah Telak, Saksi Prabowo Tolak Tanda Tangan
Luhut Berharap Tokoh Muda Pimpin Golkar
Komite Buruh Tolak Rencana Pengawalan Suara