TEMPO.CO, Surabaya - Menjelang Lebaran, pedagang sapi di Jawa Timur mulai mewaspadai melonjaknya harga daging sapi di wilayahnya. Sebab, akhir-akhir ini banyak sapi lokal yang diusung ke provinsi lain. Membanjirnya sapi impor juga turut mempersulit keadaan pedagang dan peternak sapi Jawa Timur sebagai provinsi yang menjadi lumbung sapi lokal nasional.
Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jawa Timur Muthowif mengatakan setiap hari sekitar 60-100 ekor sapi Jawa Timur dikirim ke Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Imbasnya, ia memprediksi harga sapi pada saat Idul Adha bakal melonjak. "Efeknya, nanti harga sapi untuk kurban naik karena stoknya menipis. Padahal Idul Adha kurang tiga bulan lagi," ujarnya saat dihubungi, Senin, 21 Juli 2014. (Baca: Jelang Lebaran, Harga Daging Tembus Rp 102 Ribu)
Baca Juga:
Idealnya, menurut Muthowif, harga sapi lokal hidup berkisar antara Rp 39-40 ribu per kilogram. Bila sapi-sapi terus diboyong ke luar, ia memperkirakan saat ldul Adha harganya bisa mencapai Rp 42-43 ribu per kilogram. Kebutuhan domestik, kata dia, bakal terancam jika keadaan ini tak segera diantisipasi oleh pemerintah. "Sedangkan waktu kurban itu kita butuh sapi lokal karena dari sisi kualitas lebih bagus. Kami tidak mungkin memotong sapi impor," ujarnya.
Kondisi ini semakin diperburuk dengan kedatangan 8.000 ekor sapi potong impor dari Australia. Ribuan sapi impor tersebut diturunkan di dua kabupaten yakni Kabupaten Malang dan Probolinggo.
Begitu masuk di pasar modern harga dagingnya hanya Rp 87.000 per kilogram. "Itu untungnya sudah banyak. Kalau daging segar di pasar tradisional Rp 95.000 per kilogram, karena harga sapi hidup siap potong masih bertahan di Rp 40.000 dan sapi impor siap potong masih di Rp 38.000 per kilogram. Padahal, sapi impor belum bisa menghasilkan karkas 50 persen dan lemaknya lebih 8 persen," kata dia. (Baca: Pedagang Pasar Anyar Oplos Daging Celeng dan Sapi)
Meski harga daging sapi di pasaran relatif masih stabil, yakni dalam kisaran Rp 90-95 ribu per kilogram, Muthowif tak henti meminta pemerintah provinsi agar bijak membenahi tata niaga. "Kalau sapi-sapi sudah terindikasi banyak yang keluar Jawa Timur dan stok mulai kurang, tolong disetop. Tidak usah memberi rekomendasi lagi untuk ambil sapi ke Jawa Timur. Ini supaya mengamankan kebutuhan domestik dulu, karena harganya sudah mulai bergejolak sekarang," ujarnya.
Selain itu, ia juga menuntut pemerintah merevisi Surat Edaran (SE) Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 524/8838/023/2010 Tanggal 30 Juni 2010 tentang Larangan Pemasukan dan Peredaran Sapi, Daging, dan Jeroan Impor. "Kami minta supaya kalau kebijakan itu sudah dikeluarkan, harus ada penerapan yang nyata di lapangan. Di pasar-pasar tradisional itu buktinya, tidak ada yang mengawasi," tegasnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Terpopuler
Jokowi Batal Balik Jadi Gubernur Jika Ini Terjadi
Deklarasi Ansharul Khilafah Dukung ISIS Dibubarkan
Hamas Tangkap Seorang Tentara Israel
iPad Milik Korban MH17 Kirim Pesan ke Keluarga
Ahok Ngamuk Tamunya Kemalingan di Balai Kota