TEMPO.CO, Jakarta - Laju mata uang rupiah mendadak berbalik arah, sesaat setelah pernyataan resmi calon presiden Prabowo Subianto yang menolak hasil pemilihan presiden (pilpres). Situasi politik yang semakin memanas, membuat investor tak ragu melepaskan kepemilikan aset-aset rupiah yang dimiliki.
Pada pukul 15.30 WIB, nilai tukar rupiah pun spontan melemah 91,5 poin (0,79 persen) ke level 11.607,5 dari posisi perdagangan siang tadi. Seperti diketahui, hingga pukul 13.00 WIB, nilai tukar rupiah sempat menguat 55,7 poin (0,48 persen) ke level 11.516,3 per dolar. Euforia menjelang munculnya presiden baru, mendorong investor kembali bergairah melanjutkan aksi beli portofolio bernilai rupiah. (Baca juga : Jokowi Menang, Bursa Saham dan Valas Bergairah)
Analis valuta asing dari Bank Mandiri, Reny Eka Puti, mengatakan laju rupiah sangat bergantung pada situasi pilpres. Apapun yang terjadi dalam tahapan pilpres akan berkaitan dengan ekspektasi dan kecemasan investor. Bila pemenang pilpres adalah calon yang disukai pasar, maka investor cenderung kembali mengakumulasi aset-aset rupiah.
Sebaliknya, apabila presiden yang terpilih tak disukai pasar, maka akan semakin memunculkan ketidakpastian. Investor pun cenderung melakukan aksi jual. (Baca juga: Pelaku Pasar Yakin Tak Akan Ada Kerusuhan)
Oleh pelaku pasar, pernyataan Prabowo pun dianggap memunculkan ketidakpastian baru. Pelaku pasar yang enggan mengambil resiko, akhirnya melepas kembali aset-aset berdenominasi rupiah yang dimiliki. “Ketidakpastian pilpres kembali menekan rupiah,” ujar Reny.
MEGEL
Berita Terpopuler
SBY Berhentikan Kepala Staf TNI AD
Berita Potong Kelamin, Ahmad Dhani ke Dewan Pers
Saran Ahok Buat Jokowi Usai Pengumuman Pilpres
Umat Kristen Irak Diminta Pindah Agama
Begini Kantor Jokowi Sebelum Pengumuman Pilpres