TEMPO.CO, Semarang - Penumpang kereta lokal rute Tegal-Semarang bertambah setelah Jembatan Comal di Kabupaten Pemalang ambles pada Kamis pekan lalu. Kenaikan jumlah pengguna kereta pasca-kerusakan salah satu jembatan di Pantura itu mebuat PT Kereta Api Indonesia memperpanjang rute kereta lokal. "KA Pekalongan Ekspres kami perpanjang rutenya dari Semarang-Pekalongan menjadi Semarang-Pemalang PP," kata Menejer Bagian Humas PT KAI Daerah Operaisonal IV Semarang, Suprapto, Selasa, 22 juli 2014.
Menurut dia, kenaikan jumlah penumpang terjadi pada kereta lokal Kaligung rute Semarang-Tegal dengan jumlah penumpang naik 1.500 orang per hari sejak Jumat, 18 Juli lalu. "Biasanya, jumlahnya antara 2.500 hingga 3.000 penumpang. Mulai Jumat kemarin menjadi 4.000 hingga 4.500 penumpang per harinya," ujar Suprapto.
Suprapto memastikan kenaikan penumpang tidak terjadi pada kereta jarak jauh. Menurut dia, penumpang kereta jarak jauh sudah bisa memesan tiket jauh hari sebelum keberangaktan. Ini beda dengan kereta jarak dekat layanan dalam satu daop. "Kereta jarak jauh dan menengah sudah penuh dari Jakarta karena pengaruh memasuki angkutan Lebaran," tuturnya.
Tingginya animo pubik yang naik kereta sebagai pilihan utama mudik akibat ketepatan waktu yang selama ini teruji. Ramainya penumpang kereta itu dirasakan oleh pengusaha angkutan umum di Kota Semarang . Khususnya pengusaha angkutan bus antarkota-antarprovinsi (AKAP) tujuan arah barat, seperti Cirebon, Bandung, dan Jakarta.
"Kerugian mencapai Rp 500 juta per hari. Itu berdasarkan hitungan rata-rata per armada setiap hari harus nombok uang atau hilang pemasukan Rp 1 juta," kata Ketua Organisasi Angkutan Darat Kota Semarang Dedi Rusdiardi, Senin, 21 Juli 2014.
Menurut Dedi, kerugian Rp 500 juta itu berdasarkan jumlah armada AKAP di Kota Semarang yang memiliki rute melewati Jembatan Comal di jalur Pantai Utara. "Artinya, kerugain satu armada Rp 1 juta dikali dengan jumlah rata-rata armada AKAP di Semarang yang mencapai 500 unit," ujarnya.
Kerugian itu akibat armda angkutan antre menunggu lewat atau memutar ke jalan alternatif, sehingga boros bahan bakar. Kerugian itu tak dapat dihindari karena, meski sedang macet menunggu antrean lewat, mesin bus tetap menyala.
Dedi mengaku kecewa dengan kerusakan salah satu titik infrastruktur penopang moda transportasi darat di jalan nasional Pantura itu. Padahal, sebelumnya, ia telah mengingatkan pemerintah pusat untuk mengkaji ulang kebijakan politik anggaran yang selalu molor dari target pembangunan infrastruktur.
EDI FAISOL
Topik terhangat:
MH17 | Pemilu 2014 | Ramadan 2014 | Tragedi JIS | Hasil Pilpres 2014
Berita terpopuler lainnya:
SBY Berhentikan Kepala Staf TNI AD
Berita Potong Kelamin, Ahmad Dhani ke Dewan Pers
Isi Pidato Prabowo Tolak Pelaksanaan Pilpres