TEMPO.CO, Jakarta - Dibandingkan satu dekade lalu, tercatat lebih banyak orang Indonesia yang meninggal karena HIV/AIDS, namun demikian lebih sedikit orang Indonesia yang meninggal karena tuberkulosa dan malaria, demikian menurut data terbaru, yang ditunjukkan oleh satu tinjauan tren analisa data menggunakan metode yang hanya ada satu di dunia.
Kecepatan penurunan angka kematian karena malaria serta infeksi dari malaria terjadi sejak tahun 2000, ketika Millenium Development Goals (MDGs) dicanangkan di seluruh dunia dalam rangka menghentikan penyebaran penyakit-penyakit tersebut pada tahun 2015.
Epidemi HIV/AIDS meluas di Indonesia mulai tahun 2000, tetapi angka kematian karena HIV/AIDS tercatat sepertiga lebih kecil dibandingkan angka rata-rata global, yaitu 5,7 kematian dari 100.000 orang di Indonesia, dibandingkan angka global yang tercatat
sebesar 18,5.
Kemajuan dalam penanganan malaria memperlihatkan hasil yang menjanjikan, dengan angka penurunan per tahun sebesar 5,2% untuk kematian antara tahun 2000 dan 2013, dibandingkan dengan penurunan angka kematian global yang hanya mencatat 3,1%.
Namun demikian, tuberkulosa (TB) masih memperlihatkan bahwa Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan angka rata-rata global. (Baca : TBC Jadi Penyakit Mematikan Setelah AIDS)
Diterbitkan dalam The Lancet pada 22 Juli, studi “Global, regional, and national incidence and mortality for HIV, tuberculosis, and malaria during 1990–2013: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2013,” dilakukan oleh sebuah konsorsium sejumlah peneliti internasional dipandu oleh the Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di University of Washington.