TEMPO.CO, Surabaya-Pemerintah Kota Surabaya kembali menyalurkan kompensasi kepada para pekerja seks komersial Kelurahan Putat Jaya. PSK yang mendapat kompensasi ini belum terdata dalam daftar penerima yang disusun sebelumnya.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Pemerintah Kota Surabaya Deddy Sosialisto mengatakan ada 115 PSK tambahan yang mengurus kompensasi. "Ada 115 PSK yang kemarin nggak masuk database, sekarang kami verifikasi," kata Deddy ditemui Tempo di Kantor Komando Rayon Militer 0832/1 Sawahan, Jalan Dukuh Kupang Timur, Sawahan, Surabaya, Kamis, 24 Juli 2014.
Baca Juga:
Dalam dua hari ini, 24-25 Juli 2014, para PSK tambahan masih harus diverifikasi untuk pemberian buku rekening. Selanjutnya, Dinas Sosial akan membuat berita acara ke pemerintah kota. Data PSK yang mengambil akan diajukan ke Bank Jatim untuk memproses pencairan dana kompensasi sebesar Rp 5.050.000. "Besok pagi sudah proses," ujar Deddy.
Sebelumnya, pemerintah kota Surabaya telah mendata 1.449 PSK di Kelurahan Putat Jaya. Dari jumlah itu, hanya 397 PSK yang mengambil buku rekening. Namun ternyata ada 115 PSK di luar data yang memutuskan untuk menerima kompensasi. Sebagian besar berasal dari Jalan Jarak. Data PSK tambahan itu diajukan ke Kementerian Sosial untuk diproses. "Ternyata Kementerian Sosial oke, akhirnya kami kami urus sekarang," kata Deddy.
Diakui Deddy, pihak Kelurahan sempat menemukan beberapa orang yang diduga mengaku menjadi PSK. Ini diketahui karena tidak bisa menjawab ketika ditanya alamat wisma dia bekerja. "Ada yang kelihatannya ngaku-ngaku. Nggak tahu alamat wismanya. Kalau meragukan ya coret saja," kata Deddy.
Ada pula PSK yang sudah berhenti tiga tahun lalu tapi meminta kompensasi. Padahal kompensasi ditujukan kepada PSK yang masih bekerja hingga Juni 2014. Ada juga seorang perempuan yang diantar pria. Ketika diverifikasi, pria tersebut yang menjawab semua pertanyaan. Karena tidak bisa meyakinkan petugas, keduanya pun meminta agar ditunda. "Mereka minta di-pending, nggak mau dicoret," katanya.
Hingga siang ini, sudah 76 orang yang mengambil buku tabungan. Deddy mengatakan pengurusan kompensasi kali ini lebih mudah dibandingkan 19-26 Juni 2014 lalu. Ini lantaran mereka memang sejak awal berniat untuk mengambil kompensasi. "Kita cuma hubungi mereka lewat telepon, langsung datang. Mungkin karena mereka sendiri yang minta," katanya.
Saniati, 32 tahun, pekerja seks komersial di kawasan Jarak mengatakan akan berhenti dari pekerjaannya. Ia sudah 6 tahun berada di lokalisasi Jarak. Setelah deklarasi penutupan, Saniati pun memutuskan untuk menerima kompensasi dan pulang ke Banyuwangi. "Tapi waktu itu nggak masuk data. Sekarang saya mau urus kompensasi," katanya.
Menurut Saniati, dirinya akan menggunakan uang kompensasi itu untuk membuka usaha di kampung halamannya. Ia juga akan mengurus kedua buah hatinya yang masih berusia 2 tahun dan 17 bulan.
AGITA SUKMA LISTYANTI