Rute Alternatif Cepu-Babat Mulai Dipadati Pemudik

Antrean kendaraan menuju Tasikmalaya dan Jawa Tengah terjebak macet selepas Nagreg di Limbangan arah Cibatu, Garut, Jawa Barat, Rabu 23 Juli 2014. Pada H-5, jalur utama mudik dari Limbangan, Cibatu, Kersamanah, Malangbong, sampai arah Tasikmalaya padat dan macet. TEMPO/Prima Mulia
Antrean kendaraan menuju Tasikmalaya dan Jawa Tengah terjebak macet selepas Nagreg di Limbangan arah Cibatu, Garut, Jawa Barat, Rabu 23 Juli 2014. Pada H-5, jalur utama mudik dari Limbangan, Cibatu, Kersamanah, Malangbong, sampai arah Tasikmalaya padat dan macet. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Bojonegoro-Jalur alternatif yang menghubungkan Cepu, Blora, Jawa Tengah-Babat, Lamongan, Jawa Timur mulai dipadati arus mudik. Jalur yang menghubungkan Semarang-Surabaya ini, mulai dipenuhi mobil bernomor polisi Jakarta, Bandung, Bogor dan lainnya.

Meskipun di jalur ini, kelas jalannya masih tipe jalur provinsi, lebar sekitar 8-10 meter, tetapi kerap jadi langganan rute pemudik. Sejak H-7 hingga H+7 lebaran, di jalur ini dipadati kendaraan nomor polisi dari kota-kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Pantauan Tempo di lapangan pada H-4, Kamis 24 Juli 2014, jalur Cepu-Babat terlihat ada peningkatan dibanding Rabu 23 Juli 2014. Laju kendaraan yang biasanya berkecepakatan sekitar 50 hingga 60 kilometer, kini berkurang sekitar 40 kilometer perjam. “Jalur di sini relatif lancer,” ujar Taufiq, pemudik asal Jakarta yang beniat menuju ke Surabaya, Kamis 24 Juli 2014. Jalur tengah ini menjadi langanannya pulang kampung tiap tahun.

Begitu juga dengan jalur antara Tuban-Bojonegoro lewat Kecamatan Rengel, arus pengguna jalan meningkat. Sedangkan, kepadatan nampak terjadi di antara jalur tembus Pantura, dari Tuban menuju ke Babat sejauh 30 kilometer. Di jalur ini, terdapat perempatan, terutama di Kecamatan Babat, Lamongan. Kemacetan kerap terjadi di perempatan yang menghubungkan, Bojonegoro-Jombang-Lamongan-Tuban.

Sekadar diketahui, di jalur tengah ini melewati urat nadi jalur penting. Tepatnya, antara Cepu-Babat berjarak sekitar 70 kilometer. Di jalur ini, pemudik bisa melewati empat kabupaten penghubung, dari timur ke barat dari utara ke selatan. Rinciannya, jalur Ngawi-Bojonegoro, jalur Cepu-Bojonegoro-Tuban-Lamongan. Selain itu, juga jalur Kemudian, juga jalur tembus antara Bojonegoro-Cepu-Blora-Rembang atau ke Purwodadi, Jawa Tengah.

Selama Ramadan, jalan di kawasan ini sebagian telah direhabilitasi. Misalnya, jalan di Kecamatan Cepu-Blora sejauh 36 kilometer, juga sudah relatif bagus, meski perbaikannya tambal sulam. Kemudian, jalur Cepu-Ngawi sejauh 42 kilometer, di mana di sebagian jalan ini perlu hati-hati. Jalan naik-turun, berlubang dan miring terutama di kawasan hutan Watujago, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro.

Di Terminal Rajekwesi, Bojonegoro, pemakai jasa angkutan umum juga telah berdatangan. Dinas Perhubungan Bojonegoro mencatat, ada sekitar 115 bus yang beroperasi ke beberapa jurusan. Seperti Bojonegoro-Surabaya-Malang. Bojonegoro-Jember. Bojonegoro-Jakarta, Bojonegoro Bandung dan Bogor.

Di terminal berlokasi di Jalan Veteran Kota Bojonegoro ini, juga dibangun Pos Pengamanan, yang berisi polisi, TNI AD, Satuan Polisi Pamongpraja, juga dari Dinas Kesehatan. Di pos ini juga disediakan informasi untuk pemudik, serta layanan kesehatan gratis. “Ya, fasilitas itu, memang disediakan,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Bojonegoro, Iskandar, pada Tempo kemarin. Jalur pemudik lintas nasional, bebas dari kendaraan berat, selama sebelum dan sesudah lebaran.

SUJATMIKO

Berita Terpopuler