Kisah Sedih Difabel Pengagum SBY

Warga penyandang disabilitas menunggu kedatangan bus  yang akan diberangkatkan ke Istana Negara di halaman Monas, Jakarta, (19/8). ANTARA/Novandi K Wardana
Warga penyandang disabilitas menunggu kedatangan bus yang akan diberangkatkan ke Istana Negara di halaman Monas, Jakarta, (19/8). ANTARA/Novandi K Wardana

TEMPO.CO, Jakarta - Kisah pilu menimpa Agus Suryadin, 40 tahun, seorang warga asal Yogyakarta yang gagal bertemu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Open House Presiden di Istana Negara pada Senin, 28 Juli 2014. Agus adalah seorang difabel yang berpostur mungil.

"Saya kecewa tidak bisa bertemu Presiden. Padahal saya sudah dua hari satu malam perjalanan naik motor," ujar Agus di halaman parkir Istana Negara pada hari Lebaran kali ini. (Baca: SBY Gelar Open House Terakhir di Istana)

Ia mengatakan telah mengagumi SBY sejak tahun 2004. Menurutnya, SBY adalah presiden yang serius membantu rakyat kecil.

Agus telah menempuh perjalanan dari Yogyakarta menuju Ibu Kota dengan menggunakan sepeda motor. Ia bahkan telah memodifikasi motornya khusus acara tersebut dengan menambah tulisan 'Open House Presiden 2014' berwarna merah muda di kaca bagian depan.

Agus sampai di Jakarta pada Ahad, 27 Juli 2014. Karena tidak punya tempat yang bisa disinggahi, ia terpaksa bermalam di Masjid Istiqlal. Ia sampai di Istana Negara persis hari Lebaran pukul 12.00 WIB.

Sebelumnya, Agus pernah bertemu presiden saat open house pada 2004. Di acara itu ia bertemu langsung serta menyalami presiden dengan riang dan bangga.

Namun, ternyata kedatangannya di Istana kali ini hanya mengecewakan perasaannya. Ia hanya bertemu dengan Staf Khusus Presiden bidang Publikasi dan Dokumentasi Yani Basuki di aula gedung Sekertariat Presiden. Di pertemuan yang berlangsung selama 15 menit itu, Agus beserta ratusan difabel lain hanya diberikan pesan dari Presiden melalui Yani.

"Setelah pengarahan dan diberi snack dan sangu, kami langsung disuruh pulang. Sekarang semua berubah. Kita yang difabel dibedakan," ujar Agus.

Yani mengatakan alasan penyandang disabilitas tidak bisa bertemu Presiden langsung adalah untuk mempersingkat waktu. Ia berkaca pada kejadian lima tahun lalu. Akibat menunggu giliran bersalaman, ada penyandang disabilitas yang pingsan. (Baca: Kaum Difabel Ikut Antre Open House SBY)

"Oleh karena itu Presiden membagi pesannya untuk disampaikan agar tidak terlalu lama. Kasihan penyandang disabel. Energi mereka terkuras hanya untuk bersalaman," ujar Yani.

Menurut Yani, sistem ini telah diberlakukan selama empat tahun. Setiap tahunnya Istana menerima sekitar 900 penyandang difabel. Yani mengklaim sebagian besar mereka menerima sistem ini. "Kalau ada dari mereka yang sanggup bertahan bisa kita kasih kesempatan bertemu," lanjut Yani.

ROBBY IRFANY

Terpopuler:
Jokowi Jatuh Cinta pada Iriana Karena 'Ndeso'
Lebaran, Jokowi Pesankan Menu Khusus untuk Ahok
Begini Jokowi dan Iriana Kencan di Waktu Luang
Cetak Gol Spektakuler, Ini Kata Pjanic
NU Masih Pantau Hilal di Jakarta
Menteri Agama Ingin Samakan Definisi Hilal
Memalak Turis, Spiderman Ditangkap Polisi New York
Muslim Palestina Salat Idul Fitri di Gereja