TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Permasyarakatan Handoyo Sudrajat mengatakan meskipun terpidana teroris masuk dalam golongan risiko tinggi, ada beberapa kendala yang membuat pengawasan tak bisa maksimal.
"Pertama, tak ada pemisahan bangsal saat kunjungan," ujar Handoyo ketika dihubungi, Sabtu, 2 Agustus 2014.
Handoyo mengatakan para terpidana teroris dibatasi hanya boleh dikunjungi lima orang. Masalahnya, kata Handoyo, dalam satu blok ada beberapa terpidana yang satu aliran. "Mereka dan tamunya akan berkumpul di bangsal yang sama karena tak ada pemisahan," ujar Handoyo.
Kemudian, kurangnya informasi yang didapat lembaganya saat seorang terpidana masuk lapas. "BNPT dan kepolisian kurang memberi data," katanya. Data yang dimaksud adalah tentang latar belakang terpidana dan siapa saja anggota komplotannya yang sudah berada di lapas tersebut.
Ketiga adalah pengetahuan agama para petugas, kata Handoyo, tak sedalam para terpidana tersebut, sehingga upaya deradikalisasi yang mereka lakukan tak berhasil. "Kami tak punya bekal yang memadai," ujarnya. (Baca: Nusakambangan Kedatangan 4 Narapidana Terorisme)
Foto yang menampilkan Abu Bakar Ba'asyir bersama 13 orang yang diduga anggota ISIS beredar. Salah satu di antara mereka terlihat membentangkan bendera ISIS berwarna hitam.
Foto tersebut diambil di sebuah ruangan lebar berlantai kayu, dan disebut-sebut merupakan foto dari salah satu bagian di Lapas Teroris di Nusakambangan. Menurut Handoyo, pihaknya sedang memastikan di mana lokasi foto tersebut diambil. "Sedang dicek lokasinya di sebelah mana lapas," kata dia.
Sebelumnya, sekompok orang Indonesia muncul dalam sebuah video perekrutan yang dirilis ISIS. Mereka mendesak umat muslim di Indonesia untuk bergabung. Dikabarkan pula, ratusan orang di Solo, Jawa Tengah, menyatakan menyokong ISIS dan berbaiat mendukung pimpinan mereka, Abu Bakar al-Baghdadi.
TIKA PRIMANDARI
Terpopuler:
Bagaimana ISIS Mendanai Operasinya?
BNPT: Dukung ISIS, Kewarganegaraan Hilang
Jokowi Pertimbangkan Jabatan Wakil Menteri Dihapus
ISIS Ancam Ledakkan Jakarta, BNPT: Itu Hanya Isu
Pendiri Kamp Militer di Aceh Pendukung Utama ISIS