TEMPO.CO, Sidoarjo - Memasuki H+6 Lebaran dan libur terakhir lebaran, jumlah pengunjung wilayah yang tergenang lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, terus meningkat. Ratusan pengunjung itu memadati kawasan luapan lumpur Lapindo yang kini menjadi obyek wisata itu.
Salah satu korban lumpur Lapindo yang berjualan kaset video lumpur, Anam, mengatakan jumlah pengunjung pada hari ini sangat banyak sejak tadi pagi. “Ini membuktikan bahwa wisata lumpur Lapindo yang merupakan tragedi satu-satunya di dunia masih sangat diperhatikan oleh masyarakat,” kata Anam kepada Tempo di sela-sela menawarkan kaset videonya, Ahad, 3 Agustus 2014.
Laki-laki yang juga menyediakan jasa ojek ini menjelaskan, dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung, penghasilan para korban lumpur yang menggantungkan hidupnya pada wisata itu juga meningkat. “Alhamdulillah, pada hari-hari Lebaran ini penghasilan kami lumayan banyak. Dalam satu hari bisa mendapatkan 400 ribu jika full dari pagi hingga petang,” katanya.
Penghasilan itu, kata dia, bisa berbeda-beda bagi tiap individu, tergantung pada jumlah kaset video yang laku ditambah jasa ojek yang diterima. “Kaset video itu dijual berkisar Rp 30 ribu sampai Rp 100 ribu, kalau pada wisatawan asing kami jual biasanya Rp 100 ribu,” katanya.
Adapun tarif jasa ojek, menurut Anam, tergantung pada jarak. Jika jarak jauh, tarif yang dikenakan Rp 30-50 ribu. ”Dan kalau hari-hari Lebaran, terutama hari ini, kami banyak dapat orderan,” katanya.
Kurdi, 40 tahun, salah satu penjaga karcis masuk, mengatakan, untuk masuk ke kawasan lumpur Lapindo, tarif yang dikenakan oleh para korban lumpur Lapindo yakni Rp 5-10 ribu untuk tiap orang. Tarif ini sudah termasuk sewa sepeda. “Karcis masuk itu biasa ditarik dipintu masuk di tiap titik, termasuk di titik 21 Desa Siring yang bisanya dikunjungi wisatawan paling banyak,” katanya.
Hari ini, kata dia, termasuk hari yang paling ramai pengunjung dibanding hari-hari libur Lebaran sebelumnya. “Hari ini ramai, mungkin karena hari terakhir liburan,” katanya.
Salah satu pengunjung asal Situbondo, Wardi, 35 tahun, mengatakan sengaja mampir ke kawasan wisata lumpur Lapindo yang sangat fenomenal di dunia itu karena ingin mengetahui secara langsung permukiman yang terkena tragedi hingga ribuan rumah warga rata dengan lumpur, namun sekarang sudah dijadikan tempat wisata. ”Karena saya penasaran, makanya saya bersama keluarga menyempatkan mampir di sini,” katanya sambil melanjutkan berkeliling tanggul lumpur.
MOHAMMAD SYARRAFAH