TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat bahwa nilai impor sepanjang Juni 2014 mencapai US$ 15,72 miliar atau sekitar Rp 185 triliun. Dibanding data bulan Mei, nilai impor ini naik 6,44 persen. Sedangkan jika dibanding Juni tahun lalu, terjadi kenaikan 0,54 persen.
Peningkatan ini terutama didorong oleh aktivitas impor barang non-migas sebesar US$ 12,33 miliar atau sekitar Rp 145 triliun. Ada kenaikan 11,41 persen daripada bulan lalu. "Ini sebagai gambaran bahwa ada kegiatan mengimpor untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, seperti produk tekstil dan makanan," kata Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin, 4 Agustus 2014. (Baca:Toko Oleh-oleh Diserbu Pembeli )
Aktivitas impor paling besar, menurut Suryamin, berasal dari Cina, Jepang, dan Singapura. Dari Cina, sepanjang Juni, terjadi peningkatan impor menjadi US$ 15,17 miliar. Sedangkan dari Jepang dan Cina masing-masing realisasinya sebesar US$ 8,67 miliar dan US$ 5,14 miliar. (Baca:BPS: Inflasi Juli 0,93 Persen )
Suryamin mengatakan sebenarnya impor barang migas sudah mengalami penurunan cukup besar pada Juni, yakni sebesar 8,42 persen menjadi US$ 3,39 miliar. Penurunan tersebut menimpa semua produk minyak, seperti minyak mentah, hasil minyak, dan gas. "Ini menunjukkan tidak setiap bulan impor migas sangat tinggi," katanya. (Baca:Lebaran, Omzet Pusat Belanja Naik 10 Persen)
Suryamin mengatakan impor migas ini rendah lantaran importir sudah melakukan antisipasi untuk memenuhi kebutuhan pada Juni. "Mereka sudah mengimpor sejak dua atau tiga bulan sebelumnya, sehingga pada Juni ini terjadi penurunan," katanya.
AYU PRIMA SANDI
Baca juga:
Bagaimana ISIS Masuk Indonesia?
ISIS Hancurkan Makam Nabi Yunus, Ini Alasannya
Jokowi Bantah Tudingan Preteli Koalisi Pro-Prabowo
Jokowi Hadiri Syukuran Bareng Artis Salam Dua Jari
Justin Bieber Serang Orlando Bloom di Pesta