TEMPO.CO, Surabaya – Provinsi Jawa Timur mencatat angka inflasi sebesar 0,48 persen pada Juli 2014. Inflasi Jawa Timur, menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah, jauh lebih rendah dibanding angka inflasi nasional sebesar 0,93 persen. “Kinerja Tim Pengawasan dan Pengendali Daerah (TPID) di kota dan kabupaten Jawa Timur bisa dibilang sangat baik. Seperti pada bulan-bulan sebelumnya, inflasi Jawa Timur tidak sampai setinggi inflasi nasional,” ujar dia kepada wartawan di kantor BPS, Senin, 4 Agustus 2014.
Namun Sairi menyoroti kontribusi kelompok bahan makanan yang memberi sumbangan inflasi tertinggi, yakni sebesar 0,15 persen. “Daging sapi menyumbang andil sebesar 0,0352 persen, diikuti beras 0,0299 persen, dan daging ayam ras sebesar 0,0159 persen,” ujar dia. Kenaikan harga ketiga komoditas tersebut, Sairi menambahkan, dipicu oleh tingginya permintaan menjelang hari raya Idul Fitri. “Daging sapi, beras, dan ayam merupakan bahan pokok yang paling sering dikonsumsi masyarakat Jawa Timur sebagai hidangan saat Lebaran."
Baca Juga:
Adapun kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memberi kontribusi inflasi sebesar 0,10 persen; kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,08 persen; serta kelompok sandang sebesar 0,07 persen. Kelompok perumahan memberi andil inflasi sebesar 0,04 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,02 persen. (Baca: Inflasi Terkendali, Menteri CT Puji Pedagang)
Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Muthowif mengungkapkan, harga daging sapi pasca-Lebaran di pasar tradisional cenderung stabil. “Harganya berada pada kisaran Rp 92-95 ribu per kilogram. Untuk harga karkas sapi lokal Rp 77-79 ribu per kilogram,” kata dia. Adapun harga karkas sapi impor lebih murah, yakni berkisar Rp 76-78 ribu per kilogram.
Harga daging sapi sempat melonjak menjelang Lebaran, dari Rp 100 ribu menjadi Rp 120 ribu per kilogram. Kenaikan tersebut diantisipasi oleh dua rumah potong hewan (RPH) Surabaya, yaitu RPH Kedurus dan Pegirian, dengan melipatgandakan jumlah sapi yang dipotong sebagai stok selama masa libur hari raya. “Minggu ini permintaan sudah mulai normal seperti pada hari-hari biasanya,” kata Muthowif.
ARTIKA RACHMI FARMITA