TEMPO.CO, Jakarta - Prabowo Subianto merasa disakiti lantaran pemilu presiden dinilainya berlangsung curang. Dia mengklaim pemilu berjalan secara tak jujur dan tak adil.
"Kami sebagai calon yang didukung tujuh partai besar dan di pemilihan legislatif memperoleh 63 persen merasa tersakiti dengan praktek penyimpangan," ujar Prabowo dalam pidato pembukaan di Mahkamah Konstitusi, Rabu, 6 Agustus 2014.
Prabowo mengatakan penyelenggara pemilu telah memperlihatkan ketidakjujuran dan ketidakadilan. Dia menyoroti pula masalah daftar pemilih. "Daftar pemilih menjadi kunci," katanya. (Baca: Pendukung Prabowo Bergerak ke Gedung DPR)
Prabowo mengklaim dapat menghadirkan puluhan ribu saksi. Bahkan ia mengklaim sudah mendapatkan pengakuan saksi lewat rekaman video. "Kita harus memberi pelajaran kepada bangsa," ujar Prabowo.
Dia juga berkisah tentang seorang ibu di Benhil, Jakarta Pusat, yang tidak boleh menggunakan hak pilihnya karena akan memilih nomor satu. "Sebelum masuk, ditanya mau pilih nomor berapa. Nomor satu tidak boleh masuk," ujar Prabowo. (Baca: Pendukung Prabowo Terobos Barikade dengan Motor)
Ia juga mengklaim mendapatkan suara nihil di tempat pemungutan suara yang tidak dia sebutkan secara rinci. Prabowo mengganggap kejadian tersebut hanya terjadi di negara totaliter semacam Korea Utara. "Itu pun hanya 98 atau 99 persen," ujar Prabowo.
DINI PRAMITA
Berita Terpopuler:
Tabrak Bocah, Bus Tenjo-Kalideres Dibakar Warga
Pendukung Prabowo Terobos Barikade dengan Motor
Moreno Soeprapto Yakin Prabowo-Hatta Menang
Pria Berjanggut Dilarang Naik Bus di Xinjiang