TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika memprediksi penurunan angka kemiskinan bakal sulit tercapai, menyusul melambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2014. Penciptaan lapangan kerja juga disebutnya lebih susah.
Semua sektor, kata Erani, juga akan mengalami kesulitan. "Sama saja. Sekarang pertumbuhannya kan turun semua," kata Erani saat dihubungi, Selasa, 5 Agustus 2014.
Menurut Erani, selain berdampak pada melambatnya penurunan angka kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2014 yang hanya 5,12 persen juga bakal menurunkan daya beli. Upaya untuk mempercepat dorongan ekspor pun dia sebut akan banyak hambatan. "Termasuk perbaikan defisit neraca perdagangan akan berat," katanya. (baca:BPS: Target Pertumbuhan Ekonomi Sulit Digapai)
Asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini akan ditutup sebesar 5,5 persen. Angka ini, kata Erani, sebenarnya terlalu ambisius. Ia justru memprediksi rata-rata pertumbuha tahun ini hanya hanya sampai 5,2 persen. "Kira-kira segitu sampai akhir tahun," katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik merilis angka pertumbuhan ekonomi untuk triwulan II 2014 sebesar 5,12 persen. Angka itu di bawah predksi Bank Indonesia sebesar 5,19-5,3 persen dan asumsi pemerintah pada APBN-P di mana pertumbuhan ekonomi pada akhir akan ditutup sebesar 5,5 persen. (baca: Data Cina Mengecewakan, Bursa Asia Terkoreksi)
KHAIRUL ANAM
Baca juga:
Tim Prabowo Minta Pemilihan Ulang di 33 Provinsi
Dirjen Pemasyarakatan Benarkan Foto Baiat Ba'asyir di LP
12 Pria Disunat Paksa atas Permintaan Istri Mereka
Progres 98 Bikin Rusuh di KPK
Menkopolhukam Perintahkan Tifatul Blokir Konten ISIS