TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) Hanung Budya mengklaim kerugian Pertamina akibat penetapan harga solar yang lebih rendah untuk PLN mencapai US$ 45 juta selama semester I 2014. Jumlah kerugian itu akan naik hingga dua kali lipat atau senilai US$ 90 juta jika tidak dilakukan revisi atas harga solar yang dialokasikan untuk PLN. (Baca: Jero: Hari Ini Kisruh PLN-Pertamina Kelar)
"Pertamina mengapresiasi kesepakatan yang sudah dibentuk antara Pertamina dan PLN. Intinya, Pertamina tidak berharap banyak asalkan tidak merugi," katanya. Hanung melanjutkan, Pertamina juga menyerahkan cara pembayaran harga baru solar itu kepada PLN sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan. (Baca juga: Kisruh Solar, Dahlan Akan Panggil Pertamina-PLN)
Langkah yang dilakukan Pertamina untuk menghentikan suplai solar ke PLN, kata Hanung, sudah sesuai dengan klausul yang tercantum dalam kontrak. Pertamina memiliki hak untuk menghentikan pasokan setelah 50 persen kuota volume solar untuk PLN disalurkan. (Baca: CT: ESDM harus Selesaikan Kisruh PLN-Pertamina)
Penghentian pasokan dilakukan karena Pertamina mengindikasi adanya kerugian yang dialami oleh perusahaan. Adapun sisa kuota voleme BBM bisa disalurkan setelah skema harga baru disepakati. (Baca: Kisruh Pertamina-PLN, Pemerintah Harus Intervensi)
Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengaku optimistis bahwa masalah yang melibatkan PLN dan Pertamina akan segera selesai. "Semoga minggu depan sudah ada kesepakatan baru," ujarnya.
Hari ini Pertamina dan PLN duduk bersama untuk memutuskan harga baru penjualan solar. Kisruh berawal saat Pertamina akan menghentikan pasokan solar ke pembangkit-pembangkit listrik PLN jika PLN tak membayar harga solar sebesar 7,8 persen dari Mean of Plats Singapore (MOPS). Sampai sekarang PLN masih membayarnya dengan ketentuan harga solar 5 persen dari MOPS.
Menurut Pertamina, harga itu sudah sesuai kesepakatan antara Pertamina dan PLN berdasarkan kajian Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Pertamina mengaku tak mau merugi terus sebab harga lama disebut merugikan perusahaannya.
Pasokan solar ke pembangkit listrik PLN selama ini mayoritas berasal dari Pertamina. Kebutuhan BBM PLN pada tahun ini mencapai 7,1 juta kiloliter, sedangkan yang dipasok oleh non-Pertamina tak sampai 1 juta kiloliter. Menurut PLN, jika pasokan BBM dari Pertamina dihentikan, Indonesia akan menjadi gelap.
RAYMUNDUS RIKANG R.W.
Berita Terpopuler
Ini Rapor Kepala Dinas Pendidikan DKI Lasro Marbun
Ahok Curiga, Belum Ada Pejabat DKI yang Dipecat
Kisah Pocong di Foto Syahrini Saat Umrah
Hakim Wahiduddin Koreksi Gugatan Prabowo-Hatta
Migrant Care Laporkan Enam Anggota DPR Pemilik PJTKI