TEMPO.CO, Denpasar - Kota Denpasar menyelenggarakan Festival Budaya Anak-anak yang diberi tajuk "Rare Bali Festival 2014" guna memperingati Hari Anak Nasional. Acara ini dibuka oleh Wali Kota Denpasar Rai Dharma Wijaya Mantra, Kamis, 7 Agustus 2014.
Acara dibuka dengan permainan nyapung (alat penangkap capung-red) oleh Wali Kota, didampingi Pangdam IX Kodam Udayana, Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya, dan Penglingsir (sesepuh) Puri Kesiman, A.A. Kusuma Wardana. Setelah pawai dilepas, ratusan anak dengan iring-iringan atraksi seni disajikan menarik dan penuh keriangan. Pawai berjalan lancar dan dijejali pengunjung yang memadati jalan W.R. Supratman.
Pawai diawali dengan baleganjur tektekan, barungan kentongan yang dipukul menyerupai gamelan cengceng, yang dilanjutkan dengan pengenalan aksara Bali, lengkap dengan kemasan permainan dan nyanyian. Secara berturut turut, peserta pawai anak-anak menyajikan permainan tradisi anak-anak, dari manten-mantenan, peragaan trompag, berjalan dengan tajog, serta deduplak (sandal dari kayu), kemudian persembahan lelawangan, di antaranya mearja-arjaan (Barongk Brutuk), megoak-goakan (barong ambu), melegong-legongan (Rangda Sampian), lelawangan bojog kambing (barong kraras), memanyi-manyian (barong somi), lantas dilanjutkan peragaan busana, marching band, dan pameran mobil antik.
"Masa anak-anak harus menjadi masa yang menyenangkan dan mereka harus tumbuh dengan kegembiraan," kata Rai Mantra. Dia percaya hal itu akan menumbuhkan kreativitas sehingga mereka dapat menjadi aset bangsa di masa depan. Sementara itu, Kusuma Wardhana, yang menjadi penggagas acara ini melalui rumah budaya Penggak Men Mersi, menegaskan, hanya kepada anak-anak masa depan diharapkan bisa lebih baik. Karena itu, mereka harus mendapat perhatian khusus agar tidak terkotori oleh contoh buruk para orang tua.
Agenda Rare Bali Festival akan berlangsung selama tiga hari (7-9 Agustus) yang diisi berbagai kegiatan lomba, pameran, permainan anak-anak tradisi, workshop, dan pemutaran film. Ketua Bali Rare Festival, Kadek Wahyudinata, mengatakan konsep kegiatan ini adalah festival yang pesertanya anak-anak usia TK, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. Kegiatan ini juga merangkum berbagai aktivitas permainan anak-anak tradisional Bali dan seni.
Festival ini dikemas untuk menjadi wadah komunikasi bagi anak-anak guna saling mengenal, tanpa melihat perbedaan status sosial, keberuntungan, dan kekurangan. "Terbuka bagi semua anak, baik mereka yang kaya, miskin, yatim-piatu, maupun mereka yang cacat dan autis," ujar dia.
ROFIQI HASAN
Topik terhangat:
Arus Mudik 2014 | MH17 | Pemilu 2014 | Ramadan 2014 | Ancaman ISIS
Berita terpopuler lainnya:
Ini Rapor Kepala Dinas Pendidikan DKI Lasro Marbun
Migrant Care Laporkan Enam Anggota DPR Pemilik PJTKI
Kisah Pocong di Foto Syahrini Saat Umrah