TEMPO.CO, Surabaya - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur memperkirakan realisasi investasi hotel di Jawa Timur mencapai puncaknya pada tahun ini. Wakil Ketua PHRI Jawa Timur M. Soleh mengungkapkan, dalam kurun 2012 hingga 2014, jumlah pembangunan hotel tertinggi terjadi pada tahun ini.
“Tahun ini, sekitar 30-50 hotel bintang dan nonbintang sedang dan akan dibangun. Sedangkan pada 2015 mendatang mungkin sekitar 5-10 saja,” katanya, Senin, 11 Agustus 2014.
Investasi hotel di Jawa Timur, kata Soleh, mengalami peningkatan yang signifikan sejak 2012. Terhitung 100 hotel baru dibangun atau ada pertumbuhan hingga 50 persen. Apabila pembangunan satu hotel diperkirakan menelan biaya Rp 75 miliar, nilai investasinya sekitar Rp 10 triliun. “Tapi, pariwisata di Surabaya maupun Jawa Timur secara umum stagnan,” ujarnya.
Soleh menyoroti kurang maksimalnya upaya pemerintah dalam mempromosikan pariwisata. Hal itu mempengaruhi rendahnya tingkat okupansi hotel. “Jumlah kamar hotel bertambah 50 persen, namun tingkat okupansi hanya berkisar 5-10 persen. Perang tarif tak terhindarkan,” katanya. (Baca: Ramadan, Okupansi Hotel Turun, Restoran Naik)
Profit hotel pun, kata Soleh, turun sekitar 30 persen. Penurunan itu disebabkan oleh kenaikan upah minimum kota, tarif dasar listrik, bahan pangan, dan gas rata-rata sebesar 20 persen. “Ini enggak sebanding dengan pendapatan karena kunjungan wisatawannya rendah,” tuturnya.
Baca Juga:
Ia meminta pemerintah mengatur regulasi tarif hotel berdasarkan klasifikasi kelas berbintang. “Jadi, selain mengatur kemudahan perizinan baru, pemerintah seharusnya mengatur tarif agar hotel nonbintang dapat bersaing. Apalagi nanti saat era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), investor hotel juga dari asing. Bisa mematikan industri hotel nonbintang,” tuturnya.
Soleh berharap setoran pajak pengusaha hotel dan restoran se-Jawa Timur yang sekitar Rp 400 miliar tiap tahun dapat dikembalikan berupa pelatihan dan standardisasi. Sebab, hotel dan restoran, kata dia, memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian di Jawa Timur. (Baca: Gelar Pelatihan Perhotelan)
Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur M. Sairi Hasbullah mengatakan terdapat tiga sektor penggerak utama perekonomian, yakni industri, jasa, dan perdagangan. Hotel dan restoran termasuk di dalamnya. Berdasarkan data BPS Jawa Timur, sektor perdagangan, hotel dan restoran telah tumbuh 7,37 persen (yoy) dibanding kuartal II tahun lalu.
BPS Jawa Timur mencatat tingkat hunian hotel berbagai kelas pada kuartal II/2014 rata-rata di atas 51 persen. Pada Juni 2014, tingat okupansi hotel berbintang di Jawa Timur tercatat 52,77 persen atau naik 1,29 poin dibanding pada Mei 2014.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Terpopuler