TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengklaim konsumsi BBM nonsubsidi terus meningkat setelah ada pembatasan penjualan BBM subsidi. Peningkatan konsumsi itu terjadi mulai dari jenis Pertamax sampai Pertamina Dex.
"Di jalur tol, dalam keadaan biasa penjualan Pertamax cuma 50 kiloliter per hari. Sekarang sudah 150 kiloliter per hari," kata Anggota Komite BPH Migas Ibrahim Hasyim saat dihubungi, Minggu, 10 Agustus 2014.
Peningkatan juga diklaim terjadi untuk penjualan Pertamina Dex selaku pengganti solar subsidi. Sebelum solar subsidi dicabut di wilayah Jakarta Pusat, konsumsi Pertamina Dex hanya 1 kiloliter per hari. "Sekarang jadi 7 kiloliter per hari," kata Hasyim. Sejak 1 Agustus 2014 lalu, BPH Migas menghapus peredaran solar di Jakarta Pusat. Pada 6 Agustus, giliran Premium yang dihapus di jalur tol.
Hasyim mengaku terkejut dengan peningkatan penjualan BBM nonsubsidi di Jakarta Pusat dan jalur tol itu. Dengan angka-angka itu, kata Hasyim, posisis Premium dan solar diklaim sudah mulai tergantikan. "Sementara kami belum bisa evaluasi karena baru seminggu, tapi trennya seperti itu," kata Hasyim.
Menurut Hasyim, dampak postif pembatasan BBM subsidi tak hanya terjadi di Jakarta Pusat dan jalur tol. Beberapa wilayah yang telah menunjukkan tren bagus juga terjadi di Sumatra. Di wilayah Sumatra bagian utara, misalnya, kata Hasyim, konsumsi solar sejak 4 Agustus 2014 menurun sampai 9-10 persen. Sementara di wilayah Sumatra bagian selatan mengalami penurunan 5-6 persen.
Penurunan konsumsi solar itu berbanding lurus dengan meningkatnya angka penjualan Pertamina Dex. Di Sumatra bagian utara penjualan Pertamina Dex meningkat 10 persen. "Sementara di Sumatra bagian selatan naik 10 persen lebih sedikit," katanya.
Sejak 4 Agustus 2014 lalu, BPH Migas melarang solar dijual di luar pukul 08.00-18.00 waktu setempat. Pelarangan itu berlaku untuk kawasan industri, perkebunan, pertambangan, dan sekitar pelabuhan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Hasyim mengaku belum sempat menghitung secara rinci berapa penurunan konsumsi solar akibat pembatasan waktu penjualan tersebut.
Hasyim mengklaim, kendati sempat membuat panik publik, pembatasan distribusi solar dan Premium itu tak mengalami kendala berarti. Publik, kata Hasyim, disebut hanya masih menyesuaikan diri terhadap pembatasan BBM subsidi. "Sekarang masih meraba-raba," kata Hasyim.
Hasyim juga membantah penghapusan Premium di tol dan solar di Jakarta Pusat akan membuat konsumsi Premium dan solar di SPBU sekitaran dua wilayah itu melonjak drastis. Peningkatan konsumsi solar dan Premium, kata Hasyim, memang terjadi tapi tak resiprokal. "Katakanlah konsumsi solar di Jakarta Pusat sebelumnya 60 ton per hari. Lalu setelah pembatasan ini, apakah konsumsi SPBU di luar wilayah itu meningkat 60 ton per hari? Kan, tidak seperti itu."
KHAIRUL ANAM
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Angkat Hendropriyono sebagai Penasihat
Ini Penyebab Muncul Fenomena Jilboobs
Ical Tak Akan Maju Lagi Jadi Ketum Golkar