TEMPO.CO, Tangerang - Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Bandara Soekarno-Hatta meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit virus Ebola yang kini sedang mewabah di Afrika Barat. Peningkatan kewaspadaan dengan cara mendeteksi penumpang pesawat yang sakit, pengoperasian thermoscanner hingga penambahan jumlah petugas kesehatan di terminal.
"Meski tidak ada pesawat yang langsung dari daerah sumber penyakit itu, tapi konsen pengawasan kami pada penumpang pesawat yang sakit," ujar Kepala KKP Bandara Soekarno-Hatta, Oenedo Gumarang, saat ditemui Tempo di kantornya, Selasa, 12 Agustus 2014.
Oenedo mengatakan KKP Bandara telah menindaklanjuti surat edaran Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan terkait dengan kewaspadaan terhadap penyakit virus Ebola tersebut sejak 6 Agustus 2014. Caranya dengan mendeteksi penumpang pesawat yang memiliki gejala, demam, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, lemah, diare, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dan perdarahan yang tidak biasa. (Baca: Kenali Beberapa Cara Mencegah Penularan Virus Ebola)
"Penumpang tersebut 2 sampai 21 hari berasal atau pernah singgah dari negara Guinea, Nigeria, Liberia, dan Sierra Leone, tempat penyakit menular tersebut kini mewabah," katanya.
Oenedo meminta penumpang dengan gejala tersebut, agar melaporkan ke petugas KKP dengan nomor telepon kantor induk 021-5507989, 021-5506068, terminal 2-D (021-5505586), dan terminal 2-E (021-55055606). Untuk mendeteksi suhu tubuh atau penumpang yang mengalami demam, kata Oenedo, KKP bandara tetap menggunakan thermoscanner, alat pendeteksi panas yang digunakan untuk mendeteksi wabah MERS. Sementara, jumlah petugas kesehatan di terminal internasional seperti D dan E telah ditambah dari dua menjadi empat petugas di masing-masing terminal. "Kami tempatkan juga dokter jaga yang standby di terminal," katanya. (Baca: Singapura Bersiap Hadang Ebola)
Ebola Virus Disease (EVD) adalah salah satu dari penyakit demam berdarah virus. Ini adalah penyakit yang sering berakibat fatal pada manusia dan primata, seperti monyet, gorila, dan simpanse. EVD disebabkan oleh infeksi dengan virus dari genus Ebolavirus. Ketika infeksi terjadi, gejala biasanya muncul secara tiba-tiba. Spesies Ebolavirus pertama ditemukan pada 1976 di tempat sekarang yang dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo dekat Sungai Ebola. (Baca: WHO: Ebola Menyebar Terlalu Cepat)
Gejala EVD ditandai dengan demam mendadak, lemah, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan. Gejala ini diikuti dengan muntah, diare, ruam, serta gangguan fungsi ginjal dan hati. Masa inkubasi virus 2 sampai 21 hari. Adapun sumber penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan darah dan cairan dari orang terinfeksi dan paparan benda seperti jarum yang telah terkontaminasi dengan sekresi dan terinfeksi.
Kini wabah Ebola semakin mengganas di Afrika Barat. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai 9 Agustus 2014, jumlah korban tewas wabah Ebola terburuk yang pernah terjadi kini telah mencapai 1.013 orang. (Baca: Takut Ebola, Jemaah Calon Haji Minta Diimunisasi)
JONIANSYAH
Berita Lainnya:
Lima Peran Robin Williams yang Tak Terlupakan
Kisah-Kisah Asmara dan Mutilasi
Rute Pendukung ISIS Dari Indonesia Menuju Suriah
Suami-Istri Jatuh ke Jurang Saat Berfoto Selfie