TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pendidikan Jimmy Paat mengatakan penambahan jam pelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 keliru. Menurut dia, hal tersebut tidak serta-merta akan membuat siswa mendapat pengetahuan lebih banyak.
"Itu prinsipnya tidak benar," katanya kepada Tempo, Jumat, 15 Agustus 2014. Dia mengungkapkan penambahan jam belajar tidak sesuai dengan prinsip mengajar. "Belajar itu bukan menimbun pengetahuan."
Menurut Jimmy, akan lebih baik jika siswa dibantu agar bisa menyerap pelajaran lebih baik. "Justru seharusnya bagaimana siswa bisa belajar sebaik-baiknya," ucapnya. Dia mempertanyakan guna penambahan jam pelajaran jika ujung-ujungnya ujian tetap dilakukan dengan sistem yang sama. "Buat apa kalau pas ujian masih tetap menghafal juga?"
Hal yang sama pun diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Forum Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti. Menurut dia, penambahan jam pelajaran membuat daya serap siswa terhadap pelajaran berkurang. "Daya serap siswa berkurang kalau belajar kelamaan," ujarnya.
Dia membandingkan hal ini dengan kondisi di negara-negara yang pendidikannya maju. Di Singapura, para siswa hanya belajar selama 196 hari selama satu tahun. Di Finlandia, siswa hanya belajar selama 192 hari dalam setahun. Sedangkan di Indonesia, para siswa bisa menghabiskan 300 hari per tahun untuk belajar di sekolah.
"Satu tahun libur anak sekolah paling hanya 60 hari-an," katanya. Kelelahan pun menjadi faktor yang bisa mengganggu siswa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
Karena itu, menurut Retno, Kurikulum 2013 punya banyak kekurangan. Terlebih jika memandang bahwa kurikulum ini menyamaratakan kompetensi secara nasional. "Padahal kondisi lokal di setiap sekolah berbeda," ujarnya.
NINIS CHAIRUNNISA
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Ketua Gerindra Laporkan Metro TV, Detik, dan Tempo
Jokowi: Wajar Ada Beda Pendapat Soal Hendropriyono
Rumah Novela Dirusak karena Apa?