TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyo menyampaikan asumsi dasar makro ekonomi Indonesia tahun anggaran 2015 di Sidang Paripurna DPR, Jumat, 15 Agustus 2014. Dalam pembacaan nota keuangan di ruang sidang, SBY menyampaikan poin-poin utama asumsi makro ekonomi pada tahun anggaran 2015.
"Pada tahun 2015, perekonomian dunia diproyeksi akan lebih baik dibandingkan dengan kondisi tahun 2014, terutama akan didorong oleh perekonomian di negara maju," kata SBY di Kompleks Parlemen, Senayan, Jumat, 15 Agustus 2014.
Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015, pertumbuhan ekonomi dipatok pada angka 5,6 persen. Sedangkan inflasi tahun 2015 ditetapkan 4,4 persen. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditetapkan pada level Rp 11.900. (Baca: Asumsi Makro RAPBN 2015 Disepakati)
Pemerintah juga menetapkan harga minyak mentah pada angka US$ 105 per barel, dengan target lifting minyak 845 ribu barel per hari. Target lifting gas bumi ditetapkan 1.248 ribu barel setara minyak per hari.
Sebelumnya, dalam rapat pembahasan pemerintah dengan Badan Anggaran DPR, asumsi makro ditetapkan kisaran asumsi makro ekonomi 2015 dengan posisi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,5-6 persen. Kemudian inflasi ditetapkan pada kisaran 3,5-5 persen. (Baca: Rapat Banggar Setujui Kriteria Pemotongan APBNP )
Nilai tukar rupiah ditetapkan pada kisaran Rp 11.500-12.100. Suku Bunga SBN ditetapkan 6-6,5 persen. Sedangkan harga minyak mentah atau Indonesia Crude Price (ICP) ditetapkan US$ 96-110 per barel. Lifting minyak bumi ditetapkan pada angka 830-920 ribu barel per hari dengan target lifting gas di di kisaran 1.200-1.260 ribu barel per hari. Keseluruhan total lifting minyak bumi dan gas sebesar 2.300-2.180 ribu barel per hari. (Baca:Mau Tahu Proyeksi Ekonomi 2015? Ini Asumsi RAPBN)
Dalam pidatonya, SBY mengatakan berbagai kebijakan dan stimulus ekonomi yang telah dilakukan selama ini telah berhasil mengurangi kerentanan perekonomian di negara maju. Defisit transaksi berjalan khususnya di negara-negara emerging market yang sempat memburuk pada 2013 juga mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
MAYA NAWANGWULAN
Berita Terpopuler:
Ketua Gerindra Laporkan Metro TV, Detik, dan Tempo
Dahlan Iskan: Ignasius Jonan Cocok Jadi Dirut PLN
Jokowi: Wajar Ada Beda Pendapat Soal Hendropriyono
Rumah Novela Dirusak karena Apa?
Tim Prabowo Nilai Ajakan Bupati Dogiyai Keliru