TEMPO.CO, Purwokerto - Meningkatnya arus kendaraan di jalur selatan Jawa Tengah akibat rusaknya Jembatan Comal membuat jalan dan jembatan di jalur itu terancam rusak. Salah satunya adalah Jembatan Tajum di Kabupaten Banyumas. “Jembatan Tajum dibangun 1977. Kini usianya sudah 37 tahun. Kalau terus-terusan dilalui truk besar, bisa ambles,” kata Kepala Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Cilacap Effendi Nugroho, Senin, 18 Agustus 2014.
Menurut Effendi, banyaknya truk yang melebihi tonase jalan dan jembatan bisa membahayakan. Jembatan Tajum merupakan jembatan kelas B, sehingga tak sekuat jembatan kelas A yang bisa dilalui kendaraan lebih dari 10 ton.
Dia mengusulkan membangun jembatan baru di samping Jembatan Tajum untuk mengurangi beban muatan. “Kalau tidak segera ditangani, dampaknya akan sangat luar biasa,” ujarnya.
Asisten Bidang Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah Banyumas Didi Rudwiyanto menuturkan Bupati Banyumas Achmad Husein sudah membuat surat tentang kondisi Jembatan Tajum. "Surat tersebut ditujukan kepada Dirjen Bina Marga Kementerian PU," katanya.
Kepala Kepolisian Sektor Ajibarang Ajun Komisaris Polisi Chalid Mawardi menuturkan saat ini arus kendaraan di jalur selatan masih padat. “Agar tak membahayakan, Jembatan Tajum kini diberlakukan sistem buka-tutup,” ujarnya.
Sebanyak 27 personel Satlantas dan Satuan Samapta Bhayangkara, kata Chalid, sudah ditugaskan melakukan rekayasa lalu lintas untuk meminimalkan dampak bahaya. "Kami tidak ingin Jembatan Tajum ambles, sehingga diberlakukan sistem buka-tutup."
ARIS ANDRIANTO