TEMPO.CO, Monrovia - Sejumlah pasien ebola melarikan diri dari fasilitas kesehatan di Monrovia, Liberia, Sabtu lalu. Pasien ebola kabur setelah sekelompok orang menyerang bangunan tersebut dan mencuri kasur serta peralatan kesehatan di dalamnya.
"Para penyerang itu menggunakan senjata. Tidak ada yang terluka dalam insiden ini. Penyerang itu sepertinya tidak ingin ada karantina di sana," kata Sam Collins dari Kepolisian Nasional Liberia kepada CNN, Ahad, 17 Agustus 2014.
Collin menduga penyerang rumah sakit ini adalah orang-orang yang takut akan penyebaran ebola. Sebab, penyakit ini bisa ditularkan lewat kontak langsung dengan pasien, terutama cairan tubuhnya, seperti air liur, urine, dan hasil sekresi lain. (Baca: Takut Ebola, Restoran Korea Tolak Tamu Afrika)
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan ada 1.310 warga di Liberia yang dipastikan terinfeksi virus ebola. Sebanyak 154 di antaranya meninggal. Sementara itu, setidaknya 712 orang meninggal di negara-negara lain, seperti Sierra Leone, Nigeria, dan Guinea.
Negara-negara Afrika Barat yang terjangkit ebola telah mengajukan permintaan resmi kepada Amerika Serikat untuk mendapatkan obat eksperimental yang diberi nama ZMapp guna memerangi ebola. (Baca: Dua Pasien AS Terkena Ebola Gunakan Obat Zmapp)
Permintaan ini diajukan setelah WHO telah mengizinkan penggunaan obat itu meski masih dalam taraf percobaan. Pemerintah Liberia berharap ZMapp dapat mengatasi penyakit yang telah menelan korban, di antaranya, warga Liberia tersebut. Meskipun efektivitas obat ini belum terbukti, mereka mengaku tidak punya pilihan.
RINDU P. HESTYA | CNN
Berita Lain:
Tolak Baiat ISIS, 700 Warga Sheitat Dipenggal
Sebut ISIS Produk Zionis, Pejabat Belanda Diskors
Ukraina Bombardir Konvoi Kendaraan Rusia