TEMPO.CO, Malang - Sebanyak 200 prajurit Tentara Nasional Indonesia di Kabupaten Malang dan Kota Batu yang berada di bawah Komando Distrik Militer 0818 Malang dilatih selama sepekan. Latihan bertujuan meningkatkan kemampuan anggota TNI mendeteksi dini gerakan radikal yang bisa membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Komandan Kodim 0818 Malang Letnan Kolonel Achmad Solihin menjelaskan, kegiatan yang dinamai Latihan Teknis Teritorial (Latnister) itu dimulai pada Senin, 18 Agustus 2014, dan berakhir pada Sabtu, 23 Agustus 2014.
Menurut Solihin, latihan ini diikuti para bintara, tamtama, dan perwira. Kegiatan itu dirancang untuk meningkatkan profesionalisme prajurit teritorial, terutama di semua komando rayon militer (koramil).
Solihin juga mengatakan Latnister merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun. “Namun kali ini ada penekanan khusus pada kemampuan deteksi dini terhadap gerakan-gerakan radikal, seperti yang kita saksikan bersama,” kata Solihin kepada Tempo, Selasa sore, 19 Agustus 2014. (Baca: Perang untuk ISIS, Satu Warga Malang Tewas)
Solihin mengaku materi yang ditekankan dalam kegiatan Latnister kali ini berkaitan dengan munculnya sekelompok orang yang mendeklarasikan Ansharul Khilafah di Masjid Jami Sulaiman Al-Hunaishil di Gang Makam, Dusun Sempu, Desa Gadingkulon, Kecamatan Dau, 20 Juli lalu. Ansharul Khilafah diduga mendukung Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
Materi pelatihan yang diberikan, antara lain, cara mengumpulkan data, pembinaan lingkungan, komunikasi yang efektif dengan seluruh komponen masyarakat, serta peningkatan ketahanan wilayah. Semua prajurit di koramil, terutama bintara pembina desa, harus menjadi aparat terdepan yang mampu mengetahui setiap gerakan-gerakan radikal secara lebih dini. (Baca: Tangkal ISIS, Malang Gandeng Mantan Napi Terorisme)
Solihin menegaskan, koramil harus mampu menjalin komunikasi yang efektif dan berkesinambungan dengan seluruh elemen masyarakat, dari tingkat kecamatan sampai rukun tetangga, sebagai bentuk peningkatan kewaspadaan dan kemampuan deteksi serta pencegahan dini terhadap gerakan radikal.
Aparat koramil harus mampu membentuk jejaring informasi yang solid dengan masyarakat. “Deteksi dini itu kami ibaratkan bahwa prajurit kami harus lebih dulu tahu lokasi jarum yang jatuh. Di sini juga dibutuhkan peningkatan kemampuan dan keahlian di bidang intelijen,” ujar Solihin. (Baca: Lima Warga Malang Angkat Senjata Gabung ISIS)
Semua peserta Latnister harus mampu menyerap dan mengaplikasikan materi di lapangan. Mereka akan diuji lebih dulu. Prajurit yang gagal harus mengulang ujian.
Solihin memaparkan, pelaksanaan Latnister juga bertujuan menindaklanjuti hasil rapat Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Malang pada Selasa malam, 5 Agustus lalu. Dalam rapat koordinasi yang tertutup bagi pers itu, dibahas langkah-langkah untuk mengantisipasi kemunculan jaringan ISIS di seluruh wilayah Kabupaten Malang.
ABDI PURMONO
Terpopuler:
Fahri Hamzah Disebut Terima US$ 25 Ribu dari Nazar
Begini Pembagian Jatah Kekuasaan ala Prabowo-Hatta
Jokowi Setuju 6 Jenis Manusia Versi Mochtar Lubis Dihilangkan
Bagaimana PRT Pembunuh Bayi di Riau Dibekuk?
Fahri Hamzah Cuit Klarifikasi Duit Nazaruddin