TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah dan mayoritas kurs regional bergerak positif terhadap dolar sebagai respons atas koreksi tajam yang terjadi pada harga minyak dunia. Ekspektasi akan perbaikan neraca perdagangan negara-negara berkembang membuat aset-aset emerging markets kembali memancarkan daya tarik.
Ekonom PT Samuel Asset Management, Rangga Cipta, mengatakan kurs regional, termasuk rupiah, masih diuntungkan oleh meredanya ketegangan di Ukraina. Faktor utama yang membuat permintaan dolar untuk kebutuhan safe haven berkurang dan harga minyak dunia turun ke level US$ 101,80 per barel tersebut mendorong investor kembali beralih pada portofolio keuangan yang lebih berisiko. “Secara tidak langsung, penguatan rupiah memang dibantu koreksi tajam harga minyak dunia,” katanya.
Menurut Rangga, laju dolar juga masih tertekan spekulasi kelanjutan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Klaim data pengangguran mingguan pekan lalu, yang meningkat menjadi 311 ribu orang, membuat mayoritas kalangan percaya bahwa kebijakan suku bunga rendah masih akan tetap dipertahankan dalam waktu lama.
Hingga penutupan pasar mata uang, dolar melemah terhadap kurs regional. Rupiah terangkat 7,5 poin (0,06 persen) ke level 11.679 per dolar. Won naik tipis 0,04 persen ke level 1.017,4 per dolar, sementara yuan merangkak 0,03 persen menjadi 6,1417 per dolar.
MEGEL JEKSON
Terpopuler:
Fahri Hamzah Disebut Terima US$ 25 Ribu dari Nazar
Begini Pembagian Jatah Kekuasaan ala Prabowo-Hatta
Jokowi Setuju 6 Jenis Manusia Versi Mochtar Lubis Dihilangkan
Bagaimana PRT Pembunuh Bayi di Riau Dibekuk?
Fahri Hamzah Cuit Klarifikasi Duit Nazaruddin