TEMPO.CO, Banyuwangi - Sebanyak 18 pemain Persatuan Sepak Bola Banyuwangi (Persewangi) mengancam mogok dalam pertandingan melawan Persatuan Sepak Bola Buol (Persbul), Sabtu, 23 Agustus 2014. Ancaman itu diberikan karena gaji mereka belum dibayar selama tiga bulan terakhir. Total gaji sejumlah Rp 84,7 juta belum mereka terima hingga hari ini.
"Sejak Juni hingga Agustus," kata Peter Lipede, pemain Persewangi asal Nigeria, dalam konferensi pers di Wisma Atlet, Rabu sore, 20 Agustus 2014.
Menurut Peter, keberhasilan Persewangi berada di puncak klasemen Grup 7 Divisi Utama Liga Indonesia berbanding terbail dengan penggajian pemainnya yang selalu telat. Terkadang gaji baru dibayarkan setelah pemain mengancam mogok bertanding.
Gaji bulan Juni dan Juli, kata Peter, baru separuhnya dibayar. Sedangkan gaji bulan Agustus juga belum seluruhnya dibayar. Rabu pagi tadi, para pemain juga sempat mengadukan manajemen Persewangi kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Pemain Persewangi mendapatkan gaji Rp 1-10 juta per bulan.
Pemain Persewangi lainnya, Zainal Ikhwan, mengatakan, selain telat diberi gaji, pemain juga tidak mendapatkan jaminan kesehatan. Saat ini ada tiga pemain Persewangi yang sakit dan cedera setelah bertanding. Mereka terpaksa berobat sendiri karena tidak ada perhatian dari manajemen.
Sementara itu, Manajer Persewangi Hari Wijaya mengatakan Persewangi saat ini memang tidak punya dana. Belum satu sponsor pun berminat mendanai Persewangi. Penjualan tiket pertandingan pun tak cukup untuk membayar gaji pemain. "Solusinya, harus ada bantuan dana dari pemerintah Banyuwangi," katanya. (Baca juga: Gaji Tak Dibayar, Pemain Bola Rusia Jualan Jus di Solo).
Hari meminta para pemainnya tetap bertanding meski gaji mereka telat. "Gaji telat itu wajar, karena juga menimpa klub-klub seluruh Indonesia," katanya.
IKA NINGTYAS