TEMPO.CO, Jakarta - Selama seminggu ini pergerakan rupiah cenderung melemah pada kisaran Rp 11.600-11.800 per dolar AS. Namun analis melihat bahwa melemahnya rupiah terhadap dolar AS bukan karena perkara perselisihan hasil pilpres 2014.
Pengamat perbankan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), M. Doddy Ariefanto, menilai bahwa pelaku pasar cenderung optimistis dengan keputusan Mahkamah Konstitusi hari ini, yang diprediksi senada dengan putusan Komisi Pemilihan Umum. Karena itu, ia beranggapan melemahnya rupiah bukan didominasi oleh putusan MK. “Pasar memang khawatir, tetapi mereka cenderung optimistis meski tidak 100 persen,” katanya ketika dihubungi, Kamis, 21 Agustus 2014. (Baca: Imbauan Adnan Buyung Bila Jokowi Menang di MK)
Doddy memprediksi rupiah akan berada pada level yang sama dengan minggu ini, yaitu pada kisaran Rp 11.600-11.700 per dolar AS asalkan tidak terjadi hal yang kontroversial. Menurut dia, kemungkinan yang menyebabkan kontroversi yaitu massa yang tidak terima dengan putusan MK menolak gugatan, dan MK mengabulkan gugatan itu. “Yang paling diwaspadai adalah pengabulan memenangkan penggugat, pasar akan tidak stabil dalam jangka waktu yang lama. Tapi kemungkinannya sangat kecil,” tuturnya. (Baca: MK: Tebal Berkas Putusan Pilpres Tiga Ribu Lembar)
Senada, Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, menyatakan bahwa fenomena ini bukan karena detik-detik keputusan sidang sengketa pemilihan presiden 2014 akan diumumkan Mahkamah Konstitusi hari ini, Kamis, 21 Agustus 2014. Reza menyatakan bahwa melemahnya rupiah dipicu oleh apresiasi yang terlalu tinggi pada dolar AS sehingga menimbulkan sentimen negatif terhadap rupiah.
Namun Reza juga tak menampik bahwa melemahnya rupiah sedikit-banyak juga dipengaruhi oleh ketidakpastian hasil pilpres 2014. “Rupiah memang melemah, apalagi kalau terjadi kontroversi pada putusan MK, rupiah akan merosot,” katanya ketika dihubungi, Kamis, 21 Agustus 2014. (Baca: Jika Kalah, Massa Prabowo Ancam Masuk ke Gedung MK)
CANTIKA BELLIANDARA
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Kiai Pro-Prabowo: Jika Tidak PSU, MK Cacat
Tiga Kader Golkar Gugat Ical Rp 1 Triliun
Candi Borobudur Disebut Jadi Target Teror ISIS