TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat pernah berusaha untuk menyelamatkan jurnalis James Foley yang disandera oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada awal Juli lalu. Namun, misi gagal ketika mereka melakukan serbuan di lokasi yang salah. Foley diketahui dieksekusi dengan cara dipenggal kepalanya oleh kelompok militan Irak itu kemarin.
Kegagalan misi, seperti menurut laporan yang dirilis oleh Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri, karena para sandera telah dipindahkan pada saat pasukan AS tiba untuk penyelamatan. "Operasi ini melibatkan kekuatan udara dan darat dan terfokus pada jaringan tertentu dalam ISIS," kata pernyataan Departemen Luar Negeri. "Sayangnya, misi itu tidak berhasil karena para sandera tidak lagi berada di lokasi yang ditargetkan."
Meski tak secara detil diungkapkan, New York Times mendasarkan berita pada pengakuan seorang sumber yang menyatakan misi itu dilakukan oleh dua lusin anggota pasukan khusus yang turun di Suriah pada awal Juli. Setelah terjadi tembak-menembak, mereka memastikan para sandera tak lagi berada di sana. Namun, sumber itu menolak menyebut lokasi serangan.
Pemerintahan Obama mengungkapkan mereka tahu tentang e-mail yang dikirim pada keluarga Foley pekan lalu, yang memperingatkan bahwa mereka “akan mengeksekusi Jim”. Sumber New York Times itu menyatakan e-mail itu tampaknya dikirim setelah misi penyelamatan yang gagal itu.
E-mail itu, menurut Philip Balboni, pendiri Global Post--media tempat Foley bernaung--harus membuat AS waspada. Di dalamnya, katanya, “penuh kebencian terhadap AS dan ancaman pengeboman”.
"Kami jelaskan pada mereka bahwa Jim adalah wartawan yang tidak bersalah dan tidak melakukan tindakan yang membahayakan warga Suriah," katanya. "Sayangnya, tak ada ampunan bagi Jim."
Ia juga mengatakan dirinya yakin pemerintah federal tahu di mana Foley disandera. Namun WCVB-TV melaporkan bahwa pemerintah tidak terlibat dalam negosiasi pembebasan Foley. Pemerintah membiarkan Global Post dan negosiatornya membuat kontak sendiri dengan para penyandera.
Pada hari Rabu, Presiden Barack Obama menyatakan bahwa "seluruh dunia terkejut dengan pembunuhan brutal itu." Ia menyampaikan pernyataan selama lima menit pada Rabu sore saat berlibur di Matha’s Vineyard. Menurut dia, AS tidak akan mundur dari ISIS, kelompok teror militan di balik kematian Foley.
"ISIL tidak beragama," katanya. "Korban mereka mayoritas adalah muslim dan tidak ada keyakinan mana pun yang mengajarkan orang untuk membantai mereka yang tak berdosa," ujarnya.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyatakan apa yang dilakukan ISIS yang mengeksekusi Foley adalah tindakan pengecut. "Tak akan ada pengecut bertopeng yang akan bisa mencuri warisan keberanian warga AS," katanya.
NEW YORK TIMES | INDAH P