TEMPO.CO, Jakarta - Twitter memutuskan menghapus video dan akun yang menyebarkan video pemenggalan wartawan Amerika Serikat, James Foley, oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) beberapa waktu lalu. Namun ancaman ISIS di media sosial dan Internet tidak bisa dihentikan begitu saja. (Baca: Twitter Hapus Video ISIS Penggal Wartawan AS)
Sejumlah media internasional menyebutkan ISIS akan beralih menggunakan layanan Diaspora. Diaspora adalah jaringan terdesentralisasi yang menyimpan data di sejumlah server independen atau pod yang tidak bisa dikontrol administrator mana pun. Jika benar ISIS beralih ke Diaspora, ISIS masih bisa "gentayangan" di Internet.
"Tidak bisa dihindari jika ISIS akan menggunakan Diaspora. Sebab, tidak ada jalan bagi tim untuk memanipulasi atau menghapus isi dari kode tertentu di dalam jaringan yang sudah terlanjur masuk," kata pencipta Diaspora, Dan Grippi, seperti dilaporkan BBC News, Kamis, 21 Agustus 2014.
Drippi khawatir layanannya akan digunakan oleh ISIS untuk menyebar ancaman, merekrut anggota, atau memuat konten yang berbahaya. "Tapi, dengan isu yang cukup membahayakan ini, kami akan segera mengumpulkan akun yang terkait dengan ISIS yang tersebar di sejumlah pod," kata Dripper.
Sejauh ini, Dripper menjelaskan, pod dalam jumlah besar telah menghapus akun dan pos yang berkairan dengan ISIS. Penghapusan juga mencakup akun dengan pengunjung terbanyak pada JoinDiaspora.com yang diperkirakan akan jadi distribusi utama.
Jamie Barrlett, yang membahas layanan Internet tersembunyi dalam buku The Dark Net, menjelaskan, tidak banyak yang bisa dilakukan Diaspora jika ISIS telah menggunakan layanannya.
"Tidak banyak yang bisa dilakukan. Teorinya, layanan terdesentralisasi merupakan celah yang sulit diawasi. Sekali Diaspora diawasi, perangkat lunaknya akan semakin pintar dan jadi sulit dideteksi," kata Bartlett.
Adapun nama ISIS sedang populer di pencarian berita lewat Google. Pencarian dengan kata kunci "ISIS" di Google sepuluh kali lebih banyak dibanding kelompok Islam lain, seperti Al-Qaeda, Al-Shabaab, dan Taliban. (Baca: ISIS Makin Populer di Google dan Twitter)
RINDU P. HESTYA | BBC NEWS
Berita Lain:
ISIS Makin Populer di Google dan Twitter
Google Luncurkan Street View Empat Kota Indonesia
Program PLTN Indonesia Fase I Lulus Evaluasi IAEA