TEMPO.CO, Jakarta - David Plouffe resmi diangkat sebagai Wakil Presiden Bidang Strategi dan Kebijakan Uber, sebuah perusahaan jasa taksi berbasis aplikasi. Mantan Manajer Kampanye Presiden Amerika Serikat Barack Obama ini menghadapi tantangan dalam mengembangkan perusahaan tersebut di negaranya. (Baca:Alasan Uber Pilih Juru Kampanye Obama Jadi Bos)
Untuk kawasan Amerika Serikat sendiri, Uber memang menghadapi persoalan cukup serius di sejumlah negara bagian. Di Virginia, Uber "dipaksa" menjalin kesepakatan dengan Lyft, perusahaan taksi lokal, dalam menjalankan bisnisnya. Kesepakatan itu tercapai setelah Uber melewati proses perizinan yang berlarut-larut. Izin itu sekaligus mencabut aturan larangan beroperasi bagi Uber di Virginia. (Baca: Ini Rekam Jejak Plouffe, Bos Baru Taksi Uber)
Sedangkan di Illinois, politikus setempat menyetujui rancangan peraturan yang membatasi operasional Uber atau perusahaan sejenisnya. Uber pun berupaya membuat petisi kepada Gubernur Pat Quinn agar menghentikan pembahasan rancangan tersebut. Namun, syarat 70 ribu tanda tangan dalam petisi agar usulan didengarkan gubernur itu masih jauh dari cukup.
Namun, Plouffe tak gentar dengan hambatan itu dan tetap yakin Uber mampu mengatasinya. Dia pun mengibaratkan perjuangan perusahaan aplikasi itu dengan perjuangan Obama untuk menjadi presiden tahun 2008 lalu. Karena itu, dia mengatakan sudah memiliki strategi agar perusahaan bisa terus berkembang. (Baca: Cerita Andrew Darwis Soal Kenyamanan Taksi Uber)
“Kampanye presiden yang baik bukan mengutamakan markas utama tim, tapi markas utama harus mendukung lokasi pertempuran,” kata Plouffe seperti dikutip dari Washington Post, Kamis, 21 Agustus 2014. Dia pun menyatakan siap membantu Uber di daerah-daerah yang diperjuangkan oleh perusahaan. “Kami hadir untuk membantu tim lokal." (Baca: Dituding Tak Punya Izin, Uber Angkat Bicara)
Dengan bantuan teknologi, Plouffe yakin jika perusahaan barunya itu bisa mencari solusi setiap masalah dengan cepat dan tepat. Dia pun menganggap bahwa sopir taksi yang bekerja dengan Uber sebagai tim kampanye dan pemilih adalah penumpang. Laki-laki berusia 47 tahun itu menyatakan bakal membuat Uber memakai strategi yang sama seperti kala memenangkan Presiden Obama.
“Kami sudah punya data dan hal itu membuat kami bisa dengan mudah mengalokasikan jadwal dan para pekerja dalam sehari, termasuk mengirimkan tenaga pengganti,” katanya. (Baca juga: Uber Bersaing dengan Blue Bird dan Express)
WASHINGTON POST | WIRED | DIMAS SIREGAR
Berita Lainnya:
Risma Masuk Nominasi Wali Kota Terbaik Dunia
Ini Menu Hidangan di Pernikahan Keponakan Prabowo
Alasan Uber Pilih Juru Kampanye Obama Jadi Bos
Telkom Pasang Seribu CCTV di Jakarta
Ini Rekam Jejak Plouffe, Bos Baru Taksi Uber