TEMPO.CO, Kampala - Wabah ebola yang melanda Afrika Barat adalah yang terburuk sepanjang sejarah. Virus ini pertama kali ditemukan di Sungai Ebola, Republik Kongo, pada 1976. Virus ini kemudian menyebar ke hingga ke Sudan, Gabon, dan Uganda pada 2000 hingga 2001.
Dari pengalaman itu, Uganda kini memiliki strategi untuk mencegah ebola menyebar luas di negaranya. Salah satu caranya adalah dengan tindakan cepat begitu ada warga menunjukkan terkena tanda-tanda penyakit.
"Setelah seseorang diduga terinfeksi, kami akan segera melakukan tes. Jika hasilnya positif, tim langsung mendatangi lokasi. Kami juga melakukan tes kepada anggota keluarga agar penyebaran tidak meluas," kata Trevor Shoemaker, ahli virus dari Uganda Virus Research Institute, seperti dilaporkan Dw.de, Kamis, 21 Agustus 2014.
Selain tindakan medis yang cepat, masyarakat juga sangat terbuka dengan informasi wabah. Tidak seperti di Liberia, warga Uganda sangat mudah diajak kerja sama dengan tenaga medis. (Baca: Pasien Ebola di RS Liberia yang Kabur akan Diburu)
"Masyarakat Uganda sangat terbuka tentang ebola. Mereka segera melapor begitu ada kasus (ebola), bukan malah menyembunyikannya. Pasien juga bersedia dikarantina," kata Shoemaker.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari seribu orang di Liberia, Sierra Leone, dan Guinea telah terjangkit wabah ini. Sementara itu, vaksin ZMapp yang diduga ampuh menyembuhkan ebola mulai habis stoknya. Walhasil, para tenaga medis tak bisa memberikan vaksin kepada pasien.
RINDU P. HESTYA | DW.DE
Berita Lain:
Kasus Wartawan Foley, Obama: ISIS seperti Kanker
Wartawan Dipenggal ISIS, AS Luncurkan 14 Serangan
Penyebab AS Gagal Selamatkan James Foley dari ISIS