TEMPO.CO, Bandung - Deputi Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Sri Rahayu Widodo mengatakan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah. "Literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sebesar 21,7 persen," ujar Sri Rahayu saat pelatihan wartawan Bank Indonesia dan OJK di Trans Hotel Bandung, Sabtu, 23 Agustus 2014. (Baca: Lembaga Keuangan Kesampingkan Edukasi Konsumen)
Survei OJK tahun 2013 menunjukkan indeks literasi keuangan atau tingkat melek masyarakat Indonesia terhadap industri jasa keuangan dan produknya masih jauh dibandingkan negara-negara tetangga di kawasan. Tingkat literasi masyarakat Filipina saat ini telah melebihi angka 30 persen. Sedangkan tingkat literasi masyarakat Malaysia telah mencapai 60-70 persen. Bahkan masyarakat Singapura telah mencapai 98 persen. (Baca: Buka Data Nasabah, Izin Bank Bisa Dicabut)
Sri Rahayu mengatakan keberadaan OJK menjadi penting dalam mengemban tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan indeks literasi di Indonesia. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai keuangan menjadi penting agar penjelasan soal produk atau layanan jasa keuangan akurat, jujur, jelas, serta tidak menyesatkan konsumen dan calon konsumen.
Namun OJK menyadari upaya peningkatan literasi tidak mungkin dilakukan sendiri oleh OJK selaku lembaga pengawas jasa keuangan. Diperlukan kerja sama antara regulator dan pelaku usaha jasa keuangan dan kementerian, seperti Kementerian Keuangan dan Kementerian Pendidikan, untuk mencapai pengetahuan masyarakat yang mumpuni. (Baca: OJK Minta Masyarakat Waspadai Arisan MMM)
MAYA NAWANGWULAN
Terpopuler:
Prabowo Terus Menggugat, Siapa Paling Diuntungkan?
Prabowo Curhat di Facebook, Hatta di Twitter
Jokowi Dikawal 37 Paspampres, 7 Mobil, dan 3 Motor
Ahok Akan Ajukan Dua Nama Calon Wakil Gubernur