TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Tarif Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau, dan Penyebrangan Luthfie Syarif menyatakan kapal penyeberangan terpaksa memperpendek waktu operasional. Kapal dari Bardan ke Siantan dan sebaliknya di Pontianak, Kalimantan Barat, misalnya, hanya beroperasi hingga pukul 21.00. Padahal, biasanya kapal itu beroperasi hingga pukul 23.00 WIB. "Saya sudah menghubungi Pertamina. Katanya mereka akan mempelajari dulu," kata Luthfie saat dihubungi, Selasa, 26 Agustus 2014. (Baca: Kuota BBM Subsidi di Jateng-DIY Tinggal 33 Persen)
Bardan-Siantan merupakan jalur penyebarangan dalam kota di Pontianak. Sejak jembatan tol 1 yang menghubungkan Bardan-Siantan rusak, kata Luthfie, feri penyeberangan menjadi tumpuan utama masyarakat. (Baca: Pembelian Bensin dengan Jeriken Dibatasi)
Beberapa waktu lalu, operasi penyebarangan Bardan-Siantan bertambah sampai pukul 23.00 WIB. Namun, waktu operasi itu dipangkas hanya sampai pukul 21.00 WIB karena adanya pembatasan penjualan solar subdisi di cluster pelabuhan sejak 4 Agustus 2014. (Baca: Premium Langka, Pertamina Akui Pangkas Kuota)
Menurut Luthfie, dia baru menerima laporan bahwa penyebarangan Bardan-Siantan saja yang mengalami gangguan setelah pembatasan penjualan solar. Penyebarangan Merak-Bakauheni yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera sebelumnya juga sempat mengalami gangguan. Namun, saat ini suplai solar sudah beres. Pertamina menjamin pasokan solar subsidi aman.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Bobby R. Mamahit, gangguan penyeberangan sempat terjadi di Merak-Bakauheni setelah pembatasan penjualan solar subsidi. "Sekarang kuotanya sudah ditambah. Aman," kata Bobby di ruang kerjanya, kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta.
Kondisi serupa, kata Bobby, juga terjadi di Pelabuhan Pelayaran Rakyat Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Menurut Bobby, di situ ada bunker khusus yang menampung solar subsidi. "Pelayaran rakyat sampai saat ini aman," katanya.
Kepala Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, Mardiantika Sanggul, mengatakan sudah ada beberapa perahu nelayan yang tak melaut akibat pembatasan penjualan solar subsidi. Namun, secara umum aktivitas nelayan di pelabuhan itu disebut masih normal. "Walaupun ada keresahan, tapi karena kebutuhan, mau gak mau tetap melaut," katanya di kantor Kementerian Perhubungan.
KHAIRUL ANAM
Berita Terpopuler
Lusa, PTUN Akan Jatuhkan Vonis Gugatan Prabowo
Nazaruddin: Nova Riyanti Juga Istri Anas
Kritik Ahok: Jokowi Lelet Ambil Keputusan
Golkar Terancam Ditinggal Koalisi Pendukung Jokowi
Penolakan Tifatul di Medsos, PKS: Alasannya Apa?
Ahok Diminta Waspadai Serangan PKS