TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita mengatakan pembatasan bahan bakar subsidi telah mengakibatkan beban operasional semakin besar. Musababnya, sejak bulan lalu pemerintah juga telah membatasi jam pengisian solar pada 18.00-06.00.
Dengan pembatasan jam pengisian saja, kenaikan biaya operasional sudah mencapai 5-10 persen. Ditambah pembatasan pembelian BBM bersubsidi, kata Zaldy, biaya operasional pun membengkak sampai 15 persen.
"Biasanya satu truk biayanya Rp 6 juta, sekarang jadi sampai 7,5 juta," kata dia saat dihubungi, Rabu, 27 Agustus 2014. Kenaikan biaya ini, kata dia, tak bisa ditagihkan pada konsumen karena belum ada pengumuman resmi tentang kenaikan harga BBM. (Baca: Harga BBM Naik, Inflasi Melonjak 1 Persen)
Menghadapi kondisi ini, pengusaha logistik pun meminta kepastian pada pemerintah terkait dengan kenaikan harga BBM subsidi. "Kalau mau naik ya naik sekalian, yang penting ada suplai," kata dia. Menurut Zaldy, yang menjadi masalah dan menimbulkan banyak spekulasi selama ini adalah keterbatasan pasokan BBM subsidi. (Baca: Kuota BBM Subsidi di Jateng-DIY Tinggal 33 Persen)
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menyatakan bahwa hingga 18 Agustus 2014 kuota BBM subsidi tersisa 15,5 juta kiloliter dari 46 juta kiloliter. Dari jumlah itu, kuota Premium tinggal 10 juta kiloliter, sedangkan solar sekitar 5,5 juta kiloliter. Sisa kuota ini harus mencukupi sampai akhir 2014. (Baca: Bappenas Ketemu Tim Transisi, Soal BBM Tak Dibahas)
Satu-satunya cara agar kuota mencukupi adalah dengan memangkas jatah ke SPBU. Akibat penjatahan ini, dalam beberapa hari terakhir sejumlah SPBU kehabisan stok BBM bersubsidi. Antrean kendaraan yang menunggu BBM subsidi di SPBU pun tak bisa dihindari.
TRI ARTINING PUTRI
Berita Terpopuler:
Ahok Akui Terjepit Antara Jokowi dan Prabowo
Ini Sebab Ahok Suka Djarot Syaiful Hidayat
Ini 8 Anggota ISIS yang Mirip Pemenggal Jurnalis AS
Dua Partai Merah Putih Diprediksi Gabung Jokowi-JK
Indonesia Bentuk Timnas U-19 Baru, Mengapa?